Kamis, 23 Februari 2012

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI

Resume 
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan frekuensi penyakit pada manusia (MacMahon dan Pugh (1970). Pengukuran frekuensi penyakit berkaitan dengan kuantifikasi kejadian penyakit dalam sub kelompok termasuk dalam komponen distribusi status kesehatan dalam hal umur, seks, ras.

Definisi ini berdasarkan pada dua asumsi dasar: pertama, kejadian penyakit pada populasi bukan suatu proses acak yang murni dan yang kedua, hal tersebut ditentukan oleh faktor penyebab dan faktor penyebab dan faktor pencegahan (Hennekens dan Buring 1987 dala Pigoet, 2005). Faktor-faktor ini harus diteliti secara sistematis pada populasi berdasarkan tempat dan waktu.
Model ekologi yang berbeda telah dipakai untuk menggambarkan hubungan timbal balik dari faktor-faktor ini yang berkaitan dengan pejamu, agen dan lingkungan. Perubahan salah satu dari tiga komponen  ini, yang disebut sebagai segitiga epidemiologi, akan mempengaruhi keseimbangan di antara komponen tersebut dan dengan demikian akan meningkatkan atau menurungkan frekuensi penyakit (Mausner dan Bahn, 1974). Sehingga, penelitian tentang faktor penyebab (etiologi) perkembangan dari penyakit merupakan salah satu orientasi utama epidemiologi. Secara kompleks, segitiga epidemiologi dan tiga komponen yaitu waktu, tempat dan orang.
Determinan berdasarkan waktu berkaitan dengan peningkatan penurunan selama bertahun-tahun, variasi musim, perubahan tiba-tiba dari kejadian penyakit. Determinan berdasarkan tempat dapat dikarakteristikkan berdasarkan Negara, zona iklim, tempat tinggbal dan lebih umum    berdasarkan wilayah geografi.
Determinan personal (orang) termasuk umur, jenis kelamin, kelompok suku, genetik, dan perilaku individu. Studi tentang keterkaitan antara waktu, tempat dan orang membantu mengidentifikasi agen penyebab dan faktor-faktor lingkungan dan juga menggambarkan riwayat alamiah penyakit yang kemudian memungkinkan epidemiolog untuk menentukan target untuk intervensi dengan tujuan pencegahan penyakit (Detels 2002). Perspektif yang lebih luas direfleksikan dalam suatu definisi epidemiologi yang lebih komprehensif yang dikemukakan oleh Last (2001):
Studi tentang distribusi dan determinan kesehatan yang berkaitan dengan keadaan atau kejadian pada populasi tertentu dan aplikasi dari studi tersebut untuk mengontrol masalah-masalah kesehatan.
Dalam arti yang lebih luas kesehatan berhubungan dengan keadaan atau kejadian termasuk “penyakit, penyebab penyakit, perilaku seperti merokok, dan ketersediaan serta pemanfaatna pelayanan kesehatan” (Last, 2001). Berdasarkan definisi ini maka tujuan akhir dari epidemiologi adalah untuk meningkatkan, menjaga, dan memulihkan kesehatan. oleh karena itu, tujuan utama dari bepidemiologi dapat diterjemahkan  dari dua perspektif yang tumpang tindih.
Pertama perspektif  biomedik khususnya dilihat dari etriologi penyakit dan proses penyakit itu sendiri, termasuk:
1.        Gambaran dari spectrum penyakit, gejala penyakit untuk mempelajari berbagai dampak yang mungkin disebabkan oleh pathogen khusus
2.        Gambaran riwayat alamiah penyakit yaitu sumber penyakit untuk meningkatkan ketepatan diagnostic yang merupakan isu utama dalam epidemiologi klinik
3.        Investigasi variable genetic dan fisiologi hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dan outcome penyakit untuk memutuskan bahwa apakah hal tersebut  berpotensi sebagai faktor risiko, penanda penyakit atau indicator dari tahap dini penyakit.
4.        Identifikasi faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam meningkatkan atau menurungkan risiko penyakit agar mendapatkan pengetahuan penting untuk kepentingan pencegahan.
5.        Prediksi trend penyakit untuk memfasilitasi penyesuaian/adaptasi  kebutuhan pelayanan kesehatan di masa yang akan dating dan untuk mengidentifikasi prioritas suatu penelitian.
6.        Klarifikasi penularan penyakit untuk mengontrol penyebaran penyakit menular seperti menargetkan program vaksinasi.  
IEA (International Epidemiological Association), menguraikan bahwa disiplin Epidemiologi bersama dengan bidang baplikasi seperti ekonomi, ilmu manajemen dan ilmu social, menyediakan metode analitik dan kuantitatif yang penting, prinsip penyelidikan yang logis berperan untuk pembuktian dalam hal:
1.        Diagnosis, pengukuran, dan penyediaan kebutuhan kesehatan pada masyarakat.
2.        Penentuan tujuan umum, tujuan khusus dan prioritas kesehatan.
3.        Pengalokasian dan pengaturan sumberdaya kesehatan.
4.        Penilaian strategi intervensi dan evaluasi dampak pelayanan kesehatan.

Kontribusi Epidemiologi
Healthy People (Alan Dever 1984); secara umum dijelaskan bahwa untuk memperbaiki kesehatan penduduk, hal itu harus disusun kembali dalam prioritas perawatan kesehatan dengan penekanan lebih besar pada pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.















Kontribusi Epidemiologi Terhadap
Manajemen Pelayanan Kesehatan

Manajemen
Proses
Perencanaan
Kontribusi Epidemiologi
Pendekatan Fungsional
Pendekatan
Proses
Planning
Tekhnik
Identifikisi Kebutuhan dan masalah
1.    Epidemiologi Deskriptip
a.       Person
b.      Place
c.       Time
2.    Deskripsi masalah kesehatan dalam istilah moralitas, morbiditas dan faktor risiko
3.    Demografi
4.    Analisis etiologi (risk factor)
Adminitrasi dan politik
Penentuan prioritas
Estimasi terhadap;
1.         Magnitude og loss
2.         Amenability untuk pencegahan atau radiasi
3.         Ukuran-ukuran epidemiologi

Penyusunan tujuan
1.         Kuantifikasi tujuan
2.         Kelayakan
Implementasi aktifitas untuk mencapai tujuan
1.          Alternative-alternatif
2.          Analisis costbenefit
Organizing



Directing
Coordinating
Mobilisasi dan koordinasi sumber daya


1.         Monitoring program dan
2.         Pemasaran
Controling
Teknik
Evaluasi
1.         Uji klinik
2.         Penilaian outcome
Sumber: Alan Dever, 1984



Perkembangan Epidemiologi
Epidemiologi mulai berkembang dari pengamatan atas pengaruh lingkungan terhadap penyakit. Hippocrates 400 tahun sebelum masehi menganjurkan untuk mempertimbangkan arah angin, musim, jenis tanah dan penyaki. Oleh karena pengaruh John Graunt yang juga menjadi bapak demografi, epidemiologi berkembang sebagai metode yang bersifat kuantitatif. William Farr menyelidiki pengaruh pekerjaan status perkawinan dan berbagai faktor social ekonomi terhadap variasi kematian.
Pengaruh kondisi sanitasi terhadap tingkat kematian dideskripsikan oleh Edwin Chandwick yang menunjukkan adanya penurunan tingkat kematian dengan perbaikan sanitasi lingkungan. Jonh Snow dalam buku On The Made Of Communication Of Cholera yang diterbitkan pada tahun 1955 secara spesifik menunjukkan bahwa penduduk yang menggunakan air minum dari sumber air yang terletak di hilir kota London yang kemungkinan tercemar sehingga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.
Tahap perkembangan setelah konsep lingkungan sebagai penyebab penyakit adalah konsep penyebab khusus terhadap suatu penyakit. Pasteur mengemukakan teori kuman sebagai penyebab spesifik suatu penyakit.
Salah satu revolusi dalam pemikiran tentang faktor-faktor yang menyebabkan atau mencegah terjadinya penyakit adalah penemuan Edward Jenner bahwa orang bisa  dibuat kebal terhadap suatu penyakitdengan cara vaksinasi. 
Sebagai suatu disiplin ilmu, epidemiologi dapat dianggap sebageai ilmu dasar menyangkut mekanisme terjadinya penyakit dan fenomena kesehatan pada umumnya. Disamping itu, epidemiologi dapat juga dianggap sebagai ilmu terapan, yang memadukan ilmu-ilmu biomedik, biostatistika dan bioteknologi untuk memecahkan persoalan-persoalan kesehatan, khususnya mencegah penyakit, disabilitas dan kematian.


Metode Epidemiologi
Perkembangan metode epidemiologi antara lain dipengaruhi oleh:
1.        Metode pengukuran fenomena kesehatan; teknologi diagnostik klinik, biomedik, elektromedik, social-ekonomik dan perilaku.
2.        Metode kuantitatif untuk mengidentifikasi pola kejadian dan memperkirakan dampak suatu faktor (dikenal sebagai risc factor) terhadap terjadinya penyakit
3.        Metode penelitian yang menyangkut rancangan pengamatan atau pengumpulan data dalam uji klinik (randomized clinical trial), rancangan khor, kasus-kontrol, surveillance penyakit.

Aplikasi Epidemiologi
Bagi manajer rumah sakit, epidemiologi dapat digunakan sebagai pedang bermata dua. Epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk melandasi pengambilan keputusan dalam pelayanan pasien oleh staf rumah sakit. Kedua, Epidemiologi digunakan untuk memantau pola penyakit di masyarakat akan jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh rumah sakit.
Keputusan dalam pelayanan pasien dipengaruhi oleh:
1.        Pengetahuan akan penyebab penyakit.
2.         Pengetahuan akan rriwayat alamiah penyakit.
3.        Hasil evaluasi efektifitas tindakan untuk  mengobati dan mencegah penyakit
4.        Perhitungan sumberdaya dan manfaat yang didasarkan atau analisis cost-effectiveness, cost-utility dan cost-benefit.








Identifikasi Dan Penentuan Prioritas
Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas tujuannya. Langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan adalah:
1.        Analisis situasi
2.        Identifikasi masalah dan menetapkan prioritas
3.        Menetapkan tujuan
4.        Melakukan analisis untuk memilih alternative kegiatan terbaik
5.        Menyusun rencana operasional

Identifikasi
Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh sebab itu langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan. sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain:
1.        Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada.
2.        Survailans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit
3.        Survai kesehatan yang khusus diadakan untuk memperolehy masukan perencanaan kesehatan
4.        Hasil kunjungan lapangan supervisi
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, yakni:
a.         Pendekatan logis; secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas, morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.
b.        Pendekatan pragmatis; ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambara upaya masyarakat yang memperoleh pengobatan.
c.         Pendekatan politis; masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat).

Prioritas Masalah Kesehatan
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar  manager kesehatan sebagai inti proses perencanaan. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutanmasalah dari yang paling pentingsampai dengan kurang penting. Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni; pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, pemilihan prioritas masalah.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni; besarnya masalah yang terjadi, pertimbangan politik, persepsi masyarakat dan bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.         Scoring Technique
Pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain:
1.      Cara Bryant
2.      Cara Ekonometrik
3.      Metode Hanlon & Delbeck
b.        Non Scoring Tehnique
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan  berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah; Delphin Tehnique dan Delbech Tehnique.

Epidemiologi Genetik Dan Aplikasinya
Perkembangan epidemiologi genetika berkembang pesat pada akhir 1970-an sebagai disiplin formal  dalam memahami biologi molekuler suatu penyakit. Epidemiologi genetika yang dipengaruhi oleh lingkungan untuk menyebarkan penyakit pada anggota keluarga dalam suatu populasi. Tujuan utama bidang untuk memahami etiologi genetika penyakit dalam hal prediksi dan mendesain intervensi strategis (Ellsworth, D.L,1991). Berdasarkan pergeseran paradigma epidemiologi dari tradisional  ke modern dapat dilihat berikut ini:
Epidemiologi Tradisionla
Epidemiologi Modern
Cabang “Public Health”
Cabang “Science”
Paradigma demografi dan social sains
Paradigma uji klinik
Tingkat populasi
Tingkat individu/molekuler
Top down/structural, dialektikal
Bottom up (reduksiononist positivist)
Intervensi ke hulu
Intervensi ke hilir
Sumber: Neil Pierce, 2005.
Saat ini epidemiologi, telah berkembang dengan sangat pesat dalam berbagai disiplin kajian keilmuan, baik pada tingkat molekuler maupun ilmu sosial, dari pendekatan  kuantitative bergeser ke ilmu-ilmu kualitatif. Peranan epidemiologi sebagai alat untuk menentukan distribusi penyakit.
Secara umum riset epidemiologi genetika ini pada masa akan datang diharapkan memberikan kontribusi dalam dunia kesehatan masyarakat, terutama dalam hal:
1.        Penyediaan data dampak kesehatan masyarakat dari geen manusia dan interaksi faktor risiko terhadap penyakit, kematian dan berbagai variasi ketidakmampuanj dalam populasi.
2.        Penyediaan data untuk panduan kebijakan kesehatan terhadap uju genetic yang tepat dalam pencegahan penyakit dan program kesehatan masyarakat.
3.        Penyediaan data untuk evaluasi program pencegahan bahwa telah terjadi penurunan morbiditas dan disabilitas terhadap penyakit yang berkaitan dengan gen.
4.        Penyediaan data uji genetic pada laboratorium bermutu
5.        Berdampak pada kebutuhan akantraining  program yang meningkat
6.        Penyediaan data kuantitatif terhadap risiko penyakit genetik (Muin J. Khoury, 1997).

Analisis penurunan kematian anak di Indonesia
Masalah kematian anak balita masih tinggi, ini dibuktikan setiap tahun terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data WHO pada tahu 1960 angka kematian balita masih tinggi, yakni 216 per 1000 kelahiran hidup. Kondisi ini mendorong 189 negara yang dihadiri oleh 147 kepala Negara, termasuk Indonesia dalam pertemuan puncak di New York sepakat menandatangani Deklarasi Milenium pada bulan September 2000, yang isinya komitment dari masing-masing Negara untuk mencapai delapan buah sasaran pembangunan dalam Milenium Develoment Goals (MDGs).
  Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 menunjukkan terjadinya penurunan AKB (Angka Kematian Anak Balita) hingga mencapai 46 per 1000 kelahiran pada periode 1998-2002. Rata-rata penurunan AKBA (Angka Kematian Anak Balita) pada decade 1990-an adalah 7 persen per tahun, lebih tinggi dari decade sebelumnya sebesar 4 persen pertahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Childrean (SWC) yakni 65 per 1000 kelahiran hidup.
Indikator pencapaian tujuan MDGs dalam mengurangi angka kematian anak adalah:
1.      Kematian bayi dan balita mengalami penurunan
2.      Persentase  anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak.
Dari hasil analisis SWOT terhadap tantangan dan peluang Indonesia dalam mengurangi tingkat kematian anak adalah:
Kekuatan Indonesia antara lain adalah kebijakan pemerintah untuk mengurangi tingkat kematian bayi dan balita, tersedianya sarana pelayanan kesehatan, pada program gerakan imunisasi, sayang anak dan ASI ekslusif. Kepedulian masyarakat tentang pentingnya kebutuhan kesehatan, kerjasama lintas sektoral dan terciptanya kemitraan dengan lembaga donor, pemerintah dan swasta.
Kelemahan Indoensia adalah penerapan kebijakan belum sempurna, terjadi tumpang tindih program pelayanan, ekonomi rendah, tingkat pengetahuan rendah, pelayanan yang kurang merata antar wilayah, sanitasi buruk dan pendistribusian/penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata.
Peluangnya adalah dukungan pemerintah sangat tinggi, anggaran kesehatan secara nasional, meningkatkan jumlah lulusan program kesehatanm, otonomi yang diberikan kepada Perguruan Tinggi untuk mengembangkan kurikulum  yang berbasis kesehatan serta kerjasama lintas sektoral antara pemerintah dengan tenaga kesehatan, pemerintah dengan LSM dan tokoh masyarakat.
Ancaman atau tantangannya adalah munculnya penyakit-penyakit baru, perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan, minat masyarakat akan kesehatan semakin menurun dan tingginya angka kematian anak.

Managerial Epidemiologi Pengendalian Penyakit Menular
Epidemiologi dalam manajemen penyakit menular memiliki peran sentral, dinamika penularan atau transisi harus diketahui. Manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit menular memiliki dua perspektif yaitu, yang pertama epidemiologi global adalah perjalanan penyakit antara benua, kedua epidemiologi local yang berkaitan dengan dinamika transisi lokal.






Sumber: APIC 1983; WPRO/WHO 1990
Berdasarkan gambar diatas, kondisi tertentu dimana suatu penyakit dapat ditularkan pada pihak lain: pertama harus ada agen yaitu sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit (virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia), kedua agen harus memiliki tempat hidup (pejamu atau reservoir), ketiga harus memiliki tempat keluar agen atau lingkungan yang tepat di luar pejamu agar dapat bertahan hidup. Keempat harus ada pejamu yang rentan dan yang kelima agen/penyebab harus memiliki cara berpindah (transmisi) dari pejamu untuk mengifeksi pejamu lain yang rentan.
Transmisi penyakit infeksi/menular terutama melalui cara-cara berikut:
1.        Cara penularan kontak: penularan secara langsung dan secara tidak langsung
2.        Penularan melalui percikan (drplet)
3.        Penularan melalui udara (Air Borne)
4.        Penularan melalui vehicle (perantara)
5.        Penularan melalui vector
6.        Penularan melalui Faecal-Oral
7.        Penularan melalui makanan
 Tujuan pengendalian infeksi di rumah sakit:
1.        Melindungi pasien dari infeksi rumah sakit
2.        Melindungi pasien dari infeksi lain yang mungkin didapat sebagai akibat kontak dengan pasien lain.
3.        Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung dan yang berada di lingkungan rumah sakit dari risiko infeksi yang tidak perlu terjadi.
Tindakan-tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kewaspadaan standard an kewaspadaan berdasarkan penularan/transmisi.

Public Health Interventions In Epidemic/Outbreak Management
Perencanaan untuk menghadapi pandemik penyakit menular, merupakan hal yang sangat penting. Sehingga perlu ada kesiapan menghadapi pandemi penyakit menular (Emerging Infectious Diseases). Oleh karena itu diperlukan usaha seperti berikut:
1.        Koordinasi dengan berbagai lembaga atau instansi seperti pemerintah daerah atau pemerintah pusat dengan masyarakat, dinas kesehatan terkait, LSM serta gerakan masyarakat.
2.        Surveilans di Fasilitas pelayanan kesehatan
3.        Komunikasi secara terbuka dan transparan dengan kelompok masyarakat, pers, petugas kesehatan, legislative.
4.        Identifikasi kasus, penatalaksanaan dan perawatan
5.        Pencegahan dan pengendlian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
6.        Memelihara pelayanan kesehatan
7.        Penyebaran informasi dan komunikasi di masyarakat

Analisis Epidmiologi Kesehatan Ibu

Pada tujuan ke-5 MDGs yaitu meningkatkan kesehatan ibu terdapat dua target yag harus dicapai yaitu: 1. Menurunkana angka kematian ibu hingga sebesar ¾ antara tahun 1990 dan 2015 dan 2. Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada tahun 2015.
Situasi saat ini angka kematian ibu masih ckup tinggi. Pada tahun 1991 angka kematian ibu sekitar 390 per 100.000 kelahiran hidup telah mengalami penuerunan menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007), sedangkan target MDGs adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Angka Kematian Ibu (Per 100.000 Kelahiran Hidup)


Sumber: SDKI 1994-2007
Setiap tahunnya, diperkirakan terjadi 200.000 kematian ibu karena komplikasi melahirkan dan selama kehamilan. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklampsia yang menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan, komplikasi aborsi, infeksi dan partus lama.


Analisis SWOT Pencapaian Peningkatan Kesehatan Ibu
1.        Strength (Kekuatan)
a.       Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas mulai dari tingkat desa yaitu pustu/poskesdes, puskesmas sampai rumah sakit
b.      Tersedianya tenaga kesehatan terutama bidan desa
c.       Tersedianya SPM (Standar Pelayanan Minimal)
d.      Tersedianya SOP (Standar Operasional Prosedur)
e.       Tersedianya pembiayaan bagi masyarakat miskin melalui program  Jamkesmas & Jamkesda
f.       Tersedianya Puskesmas mampu PONED dan Rumah Sakit PONEK
2.        Kelemahan (Weakness)
a.       Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas yang tidak merata disetiap daerah
b.      Jumlah tenaga kesehatan yang terbatas baik dari segi jumlah, kualitas dan penyebarannya  terutama tenaga bidan
c.       Belum ada kebijakan khusus berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan khususnya penekanan implementasi bidan tinggal di desa, peningkatan kesejahteraan bidan, jaminan transportasi bagi bidan tinggal di daerah terpencil, serta jaminan keamanan terhadap bidan yang tinggal di daerah terpencil.
d.      Belum ada kebijakan agar klaim biaya bantuan persalinan oleh bidan harus langsung dibayarkan, sehingga bidan tidak selalu bekerja sukarela tanpa ada kepastian klaim biaya persalinan mereka akan dibayar.
e.       Masih tingginya persalinan yang dilakukan dirumah dan ditolong oleh tenaga non kesehatan (dukun bayi).
f.       Belum semua Puskesmas mampu PONED.
g.      System rujukan yang belum berjalan baik.
3.        Opportunities (Kesempatan)
a.       60% - 80% belanja kesehatan dipergunakan untuk sarana prasarana kesehatan
b.      Adanya kemitraan bidan dan dukun dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, persalinan dan nifas
c.       Komitmen pemerintah daerah dan desentralisasi daerah
d.      Dicanangkannya gerakan sayang ibu (GSI) pada tahun 1996)
e.       Kebijakan pemerintah dalam pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jamkesmas dan pelayanan kesehatan gratis
f.       Terbentuknya desa siaga
4.        Treaths (Tantangan)
a.       Terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas
b.      Kurangnya management sumber daya manusia terutama bidan.
c.       Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
d.      Masih rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil
e.       Masih rendahnya angka pemakaian kontrasepsi dan tingginya unmet need masih menjadi tantangan utama
f.       Pengukuran AKI masih belum tepat
g.      Koordinasi lintas program dan lintas sector masih lemah.

Strategi-strategi bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu berupa:
1.        Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas ditingkat pelayanan dasar dan rujukan.
a.       Keluarga Berencana
b.      Pelayanan antenatal
c.       Pertolongan persalinan
d.      Penanganan komplikasi
2.        Membangun kemitraan yang efektif
3.        Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakata
4.        Penguatan manajemen program KIA
Situasi HIV/AIDS di Indonesia
Berdasarkan laporan kejadian AIDS dari tahun ke tahun menunjukkan trend peningkatan secara terus menerus dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 (4969 kasus), dan terjadi penurunan pada tahu 2009 (3863 kasus dan pada triwulan 2010 (1797 kasus).

Jumlah Kumulatif AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir
Berdasarkan Tahun Pelaporan sd 30 Juni 2010

 Sumber: Laporan Surveilans AIDS Depkes RI Jan 2000 – Jun 2010
Dampak Sosial dan Ekonomi
Dampak yang akan terjadi pada saat terkena infeksi HIV yaitu berupa kehilangan pekerjaan, perlu biaya perawatan dan pengobatan yang cukup besar tetapi juga untuk masa yang akan datang terhadap generasi mendatang. Sehingga akan terjadi kemiskinan yang lebih berat baik bagi keluarga maupun bagi Negara.
Dampak terhadap anak, yaitu anak bisa kehilangan pendidikan, menjadi yatim piatu karena orang tua meninggal karena AIDS. Serta masih tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS yang membuat adanya perlakuan yang diskriminatif\

Analisis SWOT Pencapaian Millenium Developmen Goals (MDGs) yaitu Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan TB di Indonesia.
1.        Strenght (Kekuatan)
a.       Adanya dukungan pemerintah dalam hal pencegahan dan penaggulangan
b.      Ada dukungan masyarakat dalam hal penggerakan nasional stop AIDS.
c.       Otonomi daerah
d.      Masyarakat agamis dan religius
2.        Weakness (Kelemahan)
a.       Tidak ada kepemimpinan yang kuat
b.      Adanya kecenderungan untuk KKN dalam pengelolaan dana bantuan luar negeri.
c.       Besarnya angka pria pelanggan WPS
d.      Adanya lokalisasi atau WPS
e.       Adanya budaya tertentu yang mendukung perilaku sex bebas
f.       Sulitnya mengubah perilaku sex dengan penggunaan kondom
g.      Rendahnya kesadaran tentang isu-isu HIV dan AIDS
h.      Terbatasnya layanan untuk menjalankan tes dan pengobatan
3.        Opportunities (Kesempatan)
a.       Ada bantuan dana sekalipun itu dari luar negeri
b.      Ada target MDGs yang diselaraskan dengan tujuan nasional
c.       Adanya dukungan internasional
d.      Ada dukungan pemerintah dalam hal penanggulangan.
e.       Ada dukungan masyarakat
4.        Threats (Ancaman)
a.       Stigma penyakit ini masih tinggi.
b.      Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku sex
c.       Masih adanya keinginan pasangan tertentu untuk melakukan sex diluar pasangannya.
d.      Stigma yang masih kuat menganggap bahwa HIV hanya akan menular pada orang-orang tidak bermoral.


Tidak ada komentar: