Resume
Epidemiologi adalah
studi tentang distribusi dan determinan frekuensi penyakit pada manusia
(MacMahon dan Pugh (1970). Pengukuran frekuensi penyakit berkaitan dengan kuantifikasi
kejadian penyakit dalam sub kelompok termasuk dalam komponen distribusi status
kesehatan dalam hal umur, seks, ras.
Definisi ini
berdasarkan pada dua asumsi dasar: pertama, kejadian penyakit pada populasi
bukan suatu proses acak yang murni dan yang kedua, hal tersebut ditentukan oleh
faktor penyebab dan faktor penyebab dan faktor pencegahan (Hennekens dan Buring
1987 dala Pigoet, 2005). Faktor-faktor ini harus diteliti secara sistematis
pada populasi berdasarkan tempat dan waktu.
Model ekologi yang
berbeda telah dipakai untuk menggambarkan hubungan timbal balik dari
faktor-faktor ini yang berkaitan dengan pejamu, agen dan lingkungan. Perubahan
salah satu dari tiga komponen ini, yang
disebut sebagai segitiga epidemiologi, akan mempengaruhi keseimbangan di antara
komponen tersebut dan dengan demikian akan meningkatkan atau menurungkan
frekuensi penyakit (Mausner dan Bahn, 1974). Sehingga, penelitian tentang
faktor penyebab (etiologi) perkembangan dari penyakit merupakan salah satu
orientasi utama epidemiologi. Secara kompleks, segitiga epidemiologi dan tiga
komponen yaitu waktu, tempat dan orang.
Determinan berdasarkan
waktu berkaitan dengan peningkatan penurunan selama bertahun-tahun, variasi
musim, perubahan tiba-tiba dari kejadian penyakit. Determinan berdasarkan
tempat dapat dikarakteristikkan berdasarkan Negara, zona iklim, tempat tinggbal
dan lebih umum berdasarkan wilayah geografi.
Determinan personal
(orang) termasuk umur, jenis kelamin, kelompok suku, genetik, dan perilaku
individu. Studi tentang keterkaitan antara waktu, tempat dan orang membantu
mengidentifikasi agen penyebab dan faktor-faktor lingkungan dan juga
menggambarkan riwayat alamiah penyakit yang kemudian memungkinkan epidemiolog
untuk menentukan target untuk intervensi dengan tujuan pencegahan penyakit
(Detels 2002). Perspektif yang lebih luas direfleksikan dalam suatu definisi
epidemiologi yang lebih komprehensif yang dikemukakan oleh Last (2001):
Studi
tentang distribusi dan determinan kesehatan yang berkaitan dengan keadaan atau
kejadian pada populasi tertentu dan aplikasi dari studi tersebut untuk
mengontrol masalah-masalah kesehatan.
Dalam arti yang lebih
luas kesehatan berhubungan dengan keadaan atau kejadian termasuk “penyakit,
penyebab penyakit, perilaku seperti merokok, dan ketersediaan serta pemanfaatna
pelayanan kesehatan” (Last, 2001). Berdasarkan definisi ini maka tujuan akhir
dari epidemiologi adalah untuk meningkatkan, menjaga, dan memulihkan kesehatan.
oleh karena itu, tujuan utama dari bepidemiologi dapat diterjemahkan dari dua perspektif yang tumpang tindih.
Pertama perspektif biomedik khususnya dilihat dari etriologi
penyakit dan proses penyakit itu sendiri, termasuk:
1.
Gambaran dari spectrum penyakit, gejala
penyakit untuk mempelajari berbagai dampak yang mungkin disebabkan oleh
pathogen khusus
2.
Gambaran riwayat alamiah penyakit yaitu
sumber penyakit untuk meningkatkan ketepatan diagnostic yang merupakan isu
utama dalam epidemiologi klinik
3.
Investigasi variable genetic dan
fisiologi hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dan outcome
penyakit untuk memutuskan bahwa apakah hal tersebut berpotensi sebagai faktor risiko, penanda
penyakit atau indicator dari tahap dini penyakit.
4.
Identifikasi faktor-faktor yang
bertanggung jawab dalam meningkatkan atau menurungkan risiko penyakit agar
mendapatkan pengetahuan penting untuk kepentingan pencegahan.
5.
Prediksi trend penyakit untuk
memfasilitasi penyesuaian/adaptasi
kebutuhan pelayanan kesehatan di masa yang akan dating dan untuk
mengidentifikasi prioritas suatu penelitian.
6.
Klarifikasi penularan penyakit untuk
mengontrol penyebaran penyakit menular seperti menargetkan program vaksinasi.
IEA (International Epidemiological Association),
menguraikan bahwa disiplin Epidemiologi bersama dengan bidang baplikasi seperti
ekonomi, ilmu manajemen dan ilmu social, menyediakan metode analitik dan
kuantitatif yang penting, prinsip penyelidikan yang logis berperan untuk
pembuktian dalam hal:
1.
Diagnosis, pengukuran, dan penyediaan
kebutuhan kesehatan pada masyarakat.
2.
Penentuan tujuan umum, tujuan khusus dan
prioritas kesehatan.
3.
Pengalokasian dan pengaturan sumberdaya
kesehatan.
4.
Penilaian strategi intervensi dan
evaluasi dampak pelayanan kesehatan.
Kontribusi
Epidemiologi
Healthy
People (Alan Dever 1984); secara umum dijelaskan bahwa
untuk memperbaiki kesehatan penduduk, hal itu harus disusun kembali dalam
prioritas perawatan kesehatan dengan penekanan lebih besar pada pencegahan
penyakit dan promosi kesehatan.
Kontribusi
Epidemiologi Terhadap
Manajemen
Pelayanan Kesehatan
Manajemen
|
Proses
Perencanaan
|
Kontribusi Epidemiologi
|
|
Pendekatan Fungsional
|
Pendekatan
Proses
|
||
Planning
|
Tekhnik
|
Identifikisi
Kebutuhan dan masalah
|
1.
Epidemiologi Deskriptip
a.
Person
b.
Place
c.
Time
2.
Deskripsi masalah kesehatan dalam istilah
moralitas, morbiditas dan faktor risiko
3.
Demografi
4.
Analisis etiologi (risk factor)
|
Adminitrasi dan politik
|
Penentuan
prioritas
|
Estimasi
terhadap;
1.
Magnitude og loss
2.
Amenability untuk pencegahan atau radiasi
3.
Ukuran-ukuran epidemiologi
|
|
Penyusunan
tujuan
|
1.
Kuantifikasi tujuan
2.
Kelayakan
|
||
Implementasi
aktifitas untuk mencapai tujuan
|
1.
Alternative-alternatif
2.
Analisis costbenefit
|
||
Organizing
Directing
Coordinating
|
Mobilisasi
dan koordinasi sumber daya
|
1.
Monitoring program dan
2.
Pemasaran
|
|
Controling
|
Teknik
|
Evaluasi
|
1.
Uji klinik
2.
Penilaian outcome
|
Sumber: Alan Dever, 1984
Perkembangan
Epidemiologi
Epidemiologi mulai
berkembang dari pengamatan atas pengaruh lingkungan terhadap penyakit.
Hippocrates 400 tahun sebelum masehi menganjurkan untuk mempertimbangkan arah
angin, musim, jenis tanah dan penyaki. Oleh karena pengaruh John Graunt yang
juga menjadi bapak demografi, epidemiologi berkembang sebagai metode yang
bersifat kuantitatif. William Farr menyelidiki pengaruh pekerjaan status
perkawinan dan berbagai faktor social ekonomi terhadap variasi kematian.
Pengaruh kondisi
sanitasi terhadap tingkat kematian dideskripsikan oleh Edwin Chandwick yang
menunjukkan adanya penurunan tingkat kematian dengan perbaikan sanitasi
lingkungan. Jonh Snow dalam buku On The
Made Of Communication Of Cholera yang diterbitkan pada tahun 1955 secara
spesifik menunjukkan bahwa penduduk yang menggunakan air minum dari sumber air
yang terletak di hilir kota London yang kemungkinan tercemar sehingga memiliki
tingkat kematian yang lebih tinggi.
Tahap perkembangan
setelah konsep lingkungan sebagai penyebab penyakit adalah konsep penyebab
khusus terhadap suatu penyakit. Pasteur mengemukakan teori kuman sebagai
penyebab spesifik suatu penyakit.
Salah satu revolusi
dalam pemikiran tentang faktor-faktor yang menyebabkan atau mencegah terjadinya
penyakit adalah penemuan Edward Jenner bahwa orang bisa dibuat kebal terhadap suatu penyakitdengan
cara vaksinasi.
Sebagai suatu disiplin
ilmu, epidemiologi dapat dianggap sebageai ilmu dasar menyangkut mekanisme
terjadinya penyakit dan fenomena kesehatan pada umumnya. Disamping itu,
epidemiologi dapat juga dianggap sebagai ilmu terapan, yang memadukan ilmu-ilmu
biomedik, biostatistika dan bioteknologi untuk memecahkan persoalan-persoalan
kesehatan, khususnya mencegah penyakit, disabilitas dan kematian.
Metode
Epidemiologi
Perkembangan metode
epidemiologi antara lain dipengaruhi oleh:
1.
Metode pengukuran fenomena kesehatan;
teknologi diagnostik klinik, biomedik, elektromedik, social-ekonomik dan
perilaku.
2.
Metode kuantitatif untuk
mengidentifikasi pola kejadian dan memperkirakan dampak suatu faktor (dikenal
sebagai risc factor) terhadap
terjadinya penyakit
3.
Metode penelitian yang menyangkut
rancangan pengamatan atau pengumpulan data dalam uji klinik (randomized clinical trial), rancangan
khor, kasus-kontrol, surveillance penyakit.
Aplikasi
Epidemiologi
Bagi manajer rumah
sakit, epidemiologi dapat digunakan sebagai pedang bermata dua. Epidemiologi
dapat dimanfaatkan untuk melandasi pengambilan keputusan dalam pelayanan pasien
oleh staf rumah sakit. Kedua, Epidemiologi digunakan untuk memantau pola
penyakit di masyarakat akan jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh
rumah sakit.
Keputusan dalam pelayanan
pasien dipengaruhi oleh:
1.
Pengetahuan akan penyebab penyakit.
2.
Pengetahuan
akan rriwayat alamiah penyakit.
3.
Hasil evaluasi efektifitas tindakan
untuk mengobati dan mencegah penyakit
4.
Perhitungan sumberdaya dan manfaat yang
didasarkan atau analisis cost-effectiveness,
cost-utility dan cost-benefit.
Identifikasi
Dan Penentuan Prioritas
Perencanaan kesehatan
adalah kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas
tujuannya. Langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan adalah:
1.
Analisis situasi
2.
Identifikasi masalah dan menetapkan
prioritas
3.
Menetapkan tujuan
4.
Melakukan analisis untuk memilih
alternative kegiatan terbaik
5.
Menyusun rencana operasional
Identifikasi
Perencanaan pada
hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh sebab itu
langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan. sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh
dari berbagai cara antara lain:
1.
Laporan-laporan kegiatan dari
program-program kesehatan yang ada.
2.
Survailans epidemiologi atau pemantauan
penyebaran penyakit
3.
Survai kesehatan yang khusus diadakan
untuk memperolehy masukan perencanaan kesehatan
4.
Hasil kunjungan lapangan supervisi
Ada 3 cara pendekatan
yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, yakni:
a.
Pendekatan logis; secara logis,
identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas, morbiditas
dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.
b.
Pendekatan pragmatis; ukuran pragmatis
suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambara upaya masyarakat yang
memperoleh pengobatan.
c.
Pendekatan politis; masalah kesehatan
diukur atas dasar pendapat orang-orang penting dalam suatu masyarakat
(pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat).
Prioritas
Masalah Kesehatan
Penetapan prioritas
dinilai oleh sebagian besar manager
kesehatan sebagai inti proses perencanaan. Penentuan prioritas masalah
kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutanmasalah dari yang paling
pentingsampai dengan kurang penting. Untuk dapat menetapkan prioritas masalah
ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni; pengumpulan data, pengolahan
data, penyajian data, pemilihan prioritas masalah.
Dalam menetapkan prioritas
masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni; besarnya
masalah yang terjadi, pertimbangan politik, persepsi masyarakat dan bisa
tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Cara pemilihan
prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
a.
Scoring Technique
Pemilihan prioritas dilakukan
dengan memberikan score (nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang telah
ditetapkan. Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain:
1. Cara
Bryant
2. Cara
Ekonometrik
3. Metode
Hanlon & Delbeck
b.
Non Scoring Tehnique
Memilih prioritas masalah dengan
mempergunakan berbagai parameter,
dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara
menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah; Delphin Tehnique dan
Delbech Tehnique.
Epidemiologi
Genetik Dan Aplikasinya
Perkembangan epidemiologi genetika berkembang pesat
pada akhir 1970-an sebagai disiplin formal
dalam memahami biologi molekuler suatu penyakit. Epidemiologi genetika
yang dipengaruhi oleh lingkungan untuk menyebarkan penyakit pada anggota
keluarga dalam suatu populasi. Tujuan utama bidang untuk memahami etiologi
genetika penyakit dalam hal prediksi dan mendesain intervensi strategis
(Ellsworth, D.L,1991). Berdasarkan pergeseran paradigma epidemiologi dari
tradisional ke modern dapat dilihat
berikut ini:
Epidemiologi
Tradisionla
|
Epidemiologi Modern
|
Cabang
“Public Health”
|
Cabang
“Science”
|
Paradigma
demografi dan social sains
|
Paradigma
uji klinik
|
Tingkat
populasi
|
Tingkat
individu/molekuler
|
Top
down/structural, dialektikal
|
Bottom
up (reduksiononist positivist)
|
Intervensi
ke hulu
|
Intervensi
ke hilir
|
Sumber: Neil Pierce,
2005.
Saat
ini epidemiologi, telah berkembang dengan sangat pesat dalam berbagai disiplin kajian
keilmuan, baik pada tingkat molekuler maupun ilmu sosial, dari pendekatan kuantitative bergeser ke ilmu-ilmu
kualitatif. Peranan epidemiologi sebagai alat untuk menentukan distribusi
penyakit.
Secara
umum riset epidemiologi genetika ini pada masa akan datang diharapkan
memberikan kontribusi dalam dunia kesehatan masyarakat, terutama dalam hal:
1.
Penyediaan data dampak kesehatan
masyarakat dari geen manusia dan interaksi faktor risiko terhadap penyakit,
kematian dan berbagai variasi ketidakmampuanj dalam populasi.
2.
Penyediaan data untuk panduan kebijakan
kesehatan terhadap uju genetic yang tepat dalam pencegahan penyakit dan program
kesehatan masyarakat.
3.
Penyediaan data untuk evaluasi program
pencegahan bahwa telah terjadi penurunan morbiditas dan disabilitas terhadap
penyakit yang berkaitan dengan gen.
4.
Penyediaan data uji genetic pada
laboratorium bermutu
5.
Berdampak pada kebutuhan
akantraining program yang meningkat
6.
Penyediaan data kuantitatif terhadap
risiko penyakit genetik (Muin J. Khoury, 1997).
Analisis
penurunan kematian anak di Indonesia
Masalah
kematian anak balita masih tinggi, ini dibuktikan setiap tahun terus mengalami
peningkatan. Berdasarkan data WHO pada tahu 1960 angka kematian balita masih
tinggi, yakni 216 per 1000 kelahiran hidup. Kondisi ini mendorong 189 negara
yang dihadiri oleh 147 kepala Negara, termasuk Indonesia dalam pertemuan puncak
di New York sepakat menandatangani Deklarasi Milenium pada bulan September
2000, yang isinya komitment dari masing-masing Negara untuk mencapai delapan
buah sasaran pembangunan dalam Milenium Develoment Goals (MDGs).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003 menunjukkan terjadinya penurunan AKB (Angka Kematian Anak
Balita) hingga mencapai 46 per 1000 kelahiran pada periode 1998-2002. Rata-rata
penurunan AKBA (Angka Kematian Anak Balita) pada decade 1990-an adalah 7 persen
per tahun, lebih tinggi dari decade sebelumnya sebesar 4 persen pertahun. Pada
tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit
for Childrean (SWC) yakni 65 per 1000 kelahiran hidup.
Indikator
pencapaian tujuan MDGs dalam mengurangi angka kematian anak adalah:
1. Kematian
bayi dan balita mengalami penurunan
2. Persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi
campak.
Dari hasil analisis SWOT
terhadap tantangan dan peluang Indonesia dalam mengurangi tingkat kematian anak
adalah:
Kekuatan Indonesia
antara lain adalah kebijakan pemerintah untuk mengurangi tingkat kematian bayi
dan balita, tersedianya sarana pelayanan kesehatan, pada program gerakan
imunisasi, sayang anak dan ASI ekslusif. Kepedulian masyarakat tentang
pentingnya kebutuhan kesehatan, kerjasama lintas sektoral dan terciptanya
kemitraan dengan lembaga donor, pemerintah dan swasta.
Kelemahan Indoensia
adalah penerapan kebijakan belum sempurna, terjadi tumpang tindih program
pelayanan, ekonomi rendah, tingkat pengetahuan rendah, pelayanan yang kurang
merata antar wilayah, sanitasi buruk dan pendistribusian/penyebaran tenaga
kesehatan yang tidak merata.
Peluangnya adalah
dukungan pemerintah sangat tinggi, anggaran kesehatan secara nasional,
meningkatkan jumlah lulusan program kesehatanm, otonomi yang diberikan kepada
Perguruan Tinggi untuk mengembangkan kurikulum
yang berbasis kesehatan serta kerjasama lintas sektoral antara pemerintah
dengan tenaga kesehatan, pemerintah dengan LSM dan tokoh masyarakat.
Ancaman atau
tantangannya adalah munculnya penyakit-penyakit baru, perkembangan ilmu dan
teknologi kesehatan, minat masyarakat akan kesehatan semakin menurun dan
tingginya angka kematian anak.
Managerial
Epidemiologi Pengendalian Penyakit Menular
Epidemiologi dalam
manajemen penyakit menular memiliki peran sentral, dinamika penularan atau
transisi harus diketahui. Manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit
menular memiliki dua perspektif yaitu, yang pertama epidemiologi global adalah
perjalanan penyakit antara benua, kedua epidemiologi local yang berkaitan
dengan dinamika transisi lokal.
Berdasarkan gambar
diatas, kondisi tertentu dimana suatu penyakit dapat ditularkan pada pihak
lain: pertama harus ada agen yaitu sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit
(virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia), kedua agen harus memiliki tempat
hidup (pejamu atau reservoir), ketiga harus memiliki tempat keluar agen atau
lingkungan yang tepat di luar pejamu agar dapat bertahan hidup. Keempat harus
ada pejamu yang rentan dan yang kelima agen/penyebab harus memiliki cara
berpindah (transmisi) dari pejamu untuk mengifeksi pejamu lain yang rentan.
Transmisi penyakit
infeksi/menular terutama melalui cara-cara berikut:
1.
Cara penularan kontak: penularan secara
langsung dan secara tidak langsung
2.
Penularan melalui percikan (drplet)
3.
Penularan melalui udara (Air Borne)
4.
Penularan melalui vehicle (perantara)
5.
Penularan melalui vector
6.
Penularan melalui Faecal-Oral
7.
Penularan melalui makanan
Tujuan pengendalian
infeksi di rumah sakit:
1.
Melindungi pasien dari infeksi rumah
sakit
2.
Melindungi pasien dari infeksi lain yang
mungkin didapat sebagai akibat kontak dengan pasien lain.
3.
Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung
dan yang berada di lingkungan rumah sakit dari risiko infeksi yang tidak perlu
terjadi.
Tindakan-tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kewaspadaan standard an
kewaspadaan berdasarkan penularan/transmisi.
Public
Health Interventions In Epidemic/Outbreak Management
Perencanaan
untuk menghadapi pandemik penyakit menular, merupakan hal yang sangat penting.
Sehingga perlu ada kesiapan menghadapi pandemi penyakit menular (Emerging Infectious Diseases). Oleh
karena itu diperlukan usaha seperti berikut:
1.
Koordinasi dengan berbagai lembaga atau
instansi seperti pemerintah daerah atau pemerintah pusat dengan masyarakat,
dinas kesehatan terkait, LSM serta gerakan masyarakat.
2.
Surveilans di Fasilitas pelayanan
kesehatan
3.
Komunikasi secara terbuka dan transparan
dengan kelompok masyarakat, pers, petugas kesehatan, legislative.
4.
Identifikasi kasus, penatalaksanaan dan
perawatan
5.
Pencegahan dan pengendlian infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan
6.
Memelihara pelayanan kesehatan
7.
Penyebaran informasi dan komunikasi di
masyarakat
Analisis
Epidmiologi Kesehatan Ibu
Pada tujuan ke-5 MDGs
yaitu meningkatkan kesehatan ibu terdapat dua target yag harus dicapai yaitu:
1. Menurunkana angka kematian ibu hingga sebesar ¾ antara tahun 1990 dan 2015
dan 2. Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada
tahun 2015.
Situasi saat ini angka
kematian ibu masih ckup tinggi. Pada tahun 1991 angka kematian ibu sekitar 390
per 100.000 kelahiran hidup telah mengalami penuerunan menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup (2007), sedangkan target MDGs adalah angka kematian ibu menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Angka
Kematian Ibu (Per 100.000 Kelahiran Hidup)
Sumber:
SDKI 1994-2007
Setiap tahunnya,
diperkirakan terjadi 200.000 kematian ibu karena komplikasi melahirkan dan
selama kehamilan. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan,
eklampsia yang menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan, komplikasi
aborsi, infeksi dan partus lama.
Analisis
SWOT Pencapaian Peningkatan Kesehatan Ibu
1.
Strength
(Kekuatan)
a. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang berkualitas mulai dari tingkat desa yaitu
pustu/poskesdes, puskesmas sampai rumah sakit
b. Tersedianya
tenaga kesehatan terutama bidan desa
c. Tersedianya
SPM (Standar Pelayanan Minimal)
d. Tersedianya
SOP (Standar Operasional Prosedur)
e. Tersedianya
pembiayaan bagi masyarakat miskin melalui program Jamkesmas & Jamkesda
f. Tersedianya
Puskesmas mampu PONED dan Rumah Sakit PONEK
2.
Kelemahan (Weakness)
a. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang berkualitas yang tidak merata disetiap daerah
b. Jumlah
tenaga kesehatan yang terbatas baik dari segi jumlah, kualitas dan
penyebarannya terutama tenaga bidan
c. Belum
ada kebijakan khusus berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan khususnya
penekanan implementasi bidan tinggal di desa, peningkatan kesejahteraan bidan,
jaminan transportasi bagi bidan tinggal di daerah terpencil, serta jaminan
keamanan terhadap bidan yang tinggal di daerah terpencil.
d. Belum
ada kebijakan agar klaim biaya bantuan persalinan oleh bidan harus langsung
dibayarkan, sehingga bidan tidak selalu bekerja sukarela tanpa ada kepastian
klaim biaya persalinan mereka akan dibayar.
e. Masih
tingginya persalinan yang dilakukan dirumah dan ditolong oleh tenaga non
kesehatan (dukun bayi).
f. Belum
semua Puskesmas mampu PONED.
g. System
rujukan yang belum berjalan baik.
3.
Opportunities (Kesempatan)
a. 60%
- 80% belanja kesehatan dipergunakan untuk sarana prasarana kesehatan
b. Adanya
kemitraan bidan dan dukun dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, persalinan dan
nifas
c. Komitmen
pemerintah daerah dan desentralisasi daerah
d. Dicanangkannya
gerakan sayang ibu (GSI) pada tahun 1996)
e. Kebijakan
pemerintah dalam pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program
Jamkesmas dan pelayanan kesehatan gratis
f. Terbentuknya
desa siaga
4.
Treaths (Tantangan)
a. Terbatasnya
akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas
b. Kurangnya
management sumber daya manusia terutama bidan.
c. Masih
rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
d. Masih
rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil
e. Masih
rendahnya angka pemakaian kontrasepsi dan tingginya unmet need masih menjadi
tantangan utama
f. Pengukuran
AKI masih belum tepat
g. Koordinasi
lintas program dan lintas sector masih lemah.
Strategi-strategi
bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu berupa:
1.
Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas ditingkat pelayanan dasar
dan rujukan.
a. Keluarga
Berencana
b. Pelayanan
antenatal
c. Pertolongan
persalinan
d. Penanganan
komplikasi
2.
Membangun kemitraan yang efektif
3.
Mendorong pemberdayaan perempuan,
keluarga dan masyarakata
4.
Penguatan manajemen program KIA
Situasi
HIV/AIDS di Indonesia
Berdasarkan laporan
kejadian AIDS dari tahun ke tahun menunjukkan trend peningkatan secara terus
menerus dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 (4969 kasus), dan terjadi
penurunan pada tahu 2009 (3863 kasus dan pada triwulan 2010 (1797 kasus).
Jumlah Kumulatif
AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir
Berdasarkan
Tahun Pelaporan sd 30 Juni 2010
Sumber: Laporan Surveilans AIDS Depkes RI
Jan 2000 – Jun 2010
Dampak
Sosial dan Ekonomi
Dampak yang akan
terjadi pada saat terkena infeksi HIV yaitu berupa kehilangan pekerjaan, perlu
biaya perawatan dan pengobatan yang cukup besar tetapi juga untuk masa yang
akan datang terhadap generasi mendatang. Sehingga akan terjadi kemiskinan yang
lebih berat baik bagi keluarga maupun bagi Negara.
Dampak terhadap anak,
yaitu anak bisa kehilangan pendidikan, menjadi yatim piatu karena orang tua
meninggal karena AIDS. Serta masih tingginya stigma masyarakat terhadap
penderita HIV/AIDS yang membuat adanya perlakuan yang diskriminatif\
Analisis
SWOT Pencapaian Millenium Developmen Goals (MDGs) yaitu Mengendalikan HIV dan
AIDS, Malaria dan TB di Indonesia.
1.
Strenght (Kekuatan)
a. Adanya
dukungan pemerintah dalam hal pencegahan dan penaggulangan
b. Ada
dukungan masyarakat dalam hal penggerakan nasional stop AIDS.
c. Otonomi
daerah
d. Masyarakat
agamis dan religius
2.
Weakness (Kelemahan)
a. Tidak
ada kepemimpinan yang kuat
b. Adanya
kecenderungan untuk KKN dalam pengelolaan dana bantuan luar negeri.
c. Besarnya
angka pria pelanggan WPS
d. Adanya
lokalisasi atau WPS
e. Adanya
budaya tertentu yang mendukung perilaku sex bebas
f. Sulitnya
mengubah perilaku sex dengan penggunaan kondom
g. Rendahnya
kesadaran tentang isu-isu HIV dan AIDS
h. Terbatasnya
layanan untuk menjalankan tes dan pengobatan
3.
Opportunities (Kesempatan)
a. Ada
bantuan dana sekalipun itu dari luar negeri
b. Ada
target MDGs yang diselaraskan dengan tujuan nasional
c. Adanya
dukungan internasional
d. Ada
dukungan pemerintah dalam hal penanggulangan.
e. Ada
dukungan masyarakat
4.
Threats (Ancaman)
a. Stigma
penyakit ini masih tinggi.
b. Kurangnya
kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku sex
c. Masih
adanya keinginan pasangan tertentu untuk melakukan sex diluar pasangannya.
d. Stigma
yang masih kuat menganggap bahwa HIV hanya akan menular pada orang-orang tidak
bermoral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar