Minggu, 18 April 2010

Ide Pada Media

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesulitan utama yang dialami seseorang dalam memulai mengembangkan media adalah menemukan ide. Ini hampir pasti dialami oleh setiap pengguna media, bahkan pengguna profesional sekalipun. Tidak percaya? Tanyai mereka satu per satu. Hanya saja,
cara mengatasinya berbeda-beda.
Media merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Persoalannya, "apa yang hendak ditulis" itulah yang sering menjadi hambatan, terutama bagi penulis pemula atau amatir seperti saya. Kadang ide-ide yang muncul begitu banyak sehingga saling mengacaukan satu sama lain. Bingung mana yang mau ditulis. Kadang tidak ada sama sekali ide yang muncul. Ini lebih membingungkan lagi. Apalagi deadline tugas menulis segera tiba.
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan gagasan, bergantung pada kreativitas, sensitivitas, dan insting melakukan pada setiap orang. Pengembang media yang profesional pun memiliki proses kreatif sendiri-sendiri sehingga gaya penggunaan media dan ide-ide yang dihasilkan berbeda-beda. Dan, perlu disadari bahwa ide-ide kreatif bisa dimunculkan secara sadar, bisa pula muncul begitu saja tanpa disadari atau disengaja.
Di sini akan dipaparkan cara memunculkan ide-ide kreatif secara sadar dan sengaja. Ide-ide yang muncul tanpa disengaja biarlah menjadi super bonus pada media.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka pokok permasalahan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membangkitkan ide-ide baru pada media?
2. Bagaimana mengembangkan atau meningkatkan ide-ide baru pada penggunaan media?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami serta mengetahui cara membangkitkan ide-ide baru pada media.
2. Tujuan Khusus
Sejalan dengan permasalahan-permsalahan dalam usaha penelitian ini, maka yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
a. Untuk memahami cara membangkitkan ide-ide baru bpada media.
b. Untuk meningkatkan ide-ide baru agar bisa dituangkan pada pengguinaan media.

D. Manfaat Pelatihan
Untuk memberikan wawasan, pengetahuan dan pembelajaran tentang cara membangkitkan ide-ide pada pengembangan media/penggunaan media.











BAB II
ISI

A. Sejarah Media Di Indonesia
Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 January 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia.
Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.
Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama.
Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.
Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi, Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan.
Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.
Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate Advisor. Para pimpinan Media Indonesia saat ini adalah : Direktur Utama dijabat oleh Rahni Lowhur Schad, Direktur Pemberitaan dijabat oleh Saur Hutabarat dan dibidang usaha dipimpin oleh Alexander Stefanus selaku Direktur Pengembangan Bisnis.

B. Pengertian Media
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. (Bovee, 1997)
Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realia; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahasa asing. Namun demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat. (Ouda, 2010)
Jalan keluarnya adalah merealisasikan stimulus-stimulus itu dalam program komputer dengan menggunakan piranti lunak yang mudah dipelajari sehingga dengan demikian para pengajar akan dengan mudah merealisasikan ide-ide pengajarannya. (Ouda, 2010)
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong mahasiswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar. (Ouda, 2010)
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya. Kreteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. (Hubbard, 1983)
Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif. Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajar bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu (Thorn, 1995).

C. Jenis Media
Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis
1) audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide. 2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

D. Cara Memunculkan Ide-Ide
Dalam hal memunculkan ide itu bisa didapatkan dari mana saja. Mengambil pengalaman/atau aktivitas keseharian mertupakan salahsatu bentuk untuk memunculkanm ide, dengan cara sebagai berikut :
1. Banyak membaca/menulis
Membaca dan menulis adalah dua hal yang sangat erat. Tidak bisa dipisah. Kalau kamu ingin memunculkan ide dengan baik, banyaklah membaca buku serta banyak menulis. Buku apa saja. Pengkhususan pada beberapa jenis bacaan dapat membuat otak kita tidak bisa berpikir lebih kreatif dalam artian tidak ada pembatasan dalam membaca dan menulis.
Membaca berarti memberikan kesempatan kepada pikiran kita untuk menelusuri dan memahami setiap informasi yang ditemui. Informasi dapat ditemui di berbagai media itu sendiri, baik media cetak maupun elektronik. Membaca dapat memperkaya wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan. Dari sinilah ide-ide baru akan bermunculan.
2. Rajin Berdiskusi/Sharing
Berdiskusi atau bertukar pendapat dengan orang lain dapat mengalirkan ide-ide kreatif yang bisa dilampiaskan dalam bentuk tulisan. Dari pikiran orang lain kadang muncul ide-ide yang sebelumnya tidak kita ketahui. Ide-ide tersebut bisa dijadikan topik sebuah tulisan. Kita tinggal menyelaraskan ide tersebut dengan ide atau pengetahuan yang kita miliki.
3. Bawa selalu pena dan kertas.
Mendapatkan ide yang baik memang relative pada berbagai orang. Namun perlu disadari bahwa kapan saja ide itu bisa muncul, karena itu siapkan selalu kertas dan polpen. Misalnya ketika jalan dan ada ide, langsung saja ditulis di buku itu. Jangan sampai dibiarkan berlalu begitu saja/lupa. Bisa juga menggunaka media apapun untuk menyimpan ide tersebut.


4. Berjalan-jalan
Dengan berjalan-jalan, berarti melihat, mengalami, dan mengetahui lebih banyak hal di luar rumah. Hal ini memaksa kita juga berpikir lebih banyak mengenai semua hal yang kita lihat, kita alami, dan kita ketahui. Bukankah berpikir berarti memunculkan ide-ide? Jawabannya ada di dalam benak kita masing-masing.

E. Cara Membangkitkan/Memancing Ide-Ide
Berikut ini beberapa cara untuk ‘memancing’ ide agar kita bisa membuat tulisan tanpa perlu merasa kesulitan dalam mencari ide.
1. Tingkatkan kepekaan diri terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Lingkungan sekitar kita berpotensi sebagai tema tulisan. Banyak peristiwa yang terjadi dalam satu hari, yang pastinya terkandung peristiwa unik, yang dapat dijadikan bahan tulisan. Kita harus peka dan mau melihat segala peristiwa dari sudut pandanng yanng berbeda. Ini penting supaya kita mempunyai ide brilian yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain sebelumnya.
2. Ambil hikmah dan refleksikan setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
Setelah kita melihat sebuah hal, jangan hanya melihatnya selayang pandang saja; melihat lalu mengacuhkannya. Dalam setiap peristiwa pasti terkandung sebuah hikmah yang tidak setiap orang dapat mengungkapkannya. Tidak terkecuali, sebuah musibah pasti menyimpan hikmah yang dapat kita jadikan bahan refleksi. Refleksi yang kita tangkap dapat kita jadikan tulisan, entah berupa cerpen, puisi, novel, berita, artikel, skenario film, naskah pidato, bahan training, dsb. Semua bahan refleksi tadi dapat dijadikan ide tulisan sesuai dengan minat kita. Tinggal bagaimana kita mau mengemasnya dalam tulisan nanti.

3. Perbarui otak kita dengan vitamin otak yang segar.
Vitamin yang dimaksudkan di sini bukanlah suplemen penguat memory dalam otak yang sering kita jumpai di televisi. Vitamin otak di sini adalah wawasan dan pengetahuan yang terus kita tambahkan dengan memanfaatkan berbagai sumber, seperti media massa, cetak maupun elektronik. Kita bisa mencari ide dengan membaca koran, majalah, mendengarkan radio, browsing berita di internet, menonton televisi, dsb. Semua media di atas akan memudahkan kita dalam menambah pengetahuan. Kita tidak boleh terpaku untuk mencari berita yang berkaitan dengan bidang kita saja. Namun, kita juga perlu menambah wawasan di luar bidang kita. Bagaimanapun juga, tidak ada pengetahuan yang sia-sia. Semua hal yang kita ketahui bermanfaat bagi kita, dan dapat mengasah pola pikir, serta menambah intelektualitas kita sebagai makhluk intelektual.
4. Jangan buang ide yang muncul, catatlah, dan buat buku catatan inspirasi.
Setiap kali kita menemukan ide baru, janganlah dianggap remeh, atau membuangnya begitu saja. Catat dan buatlah sebuah buku inspirasi yang memuat semua ide tersebut. Jangan takut ide kita tidak relevan dengan tulisan yang ingin kita buat saat ini. Bisa jadi ide kita dapat digunakan di lain kesempatan, dan kita tinggal memilah mana ide yang relevan, atau mana yang mendukung tulisan berikutnya. Ada baiknya kita membawa sebuah buku catatan, kertas kecil, handphone, atau apa saja yang dapat digunakan sebagai media menulis. Setelah tercatat, kita bisa pindahkan dalam buku inspirasi yang kita buat. Ingat, tulis ide-ide kita di sebuah buku agar inspirasi kita tidak terpisah-pisah, dan kita juga mudah menggunakannya ketika butuh.


5. Ketika melihat masalah muncul, berpikirlah kreatif.
Kreatif merupakan hal yang sering ditekankan oleh setiap orang dalam berpikir. Kenapa harus dengan cara kreatif? Karena, dengan pola pikir yang sama seperti kebanyakan orang, mungkin kita tidak akan menemukan something new, something different, yang membuat kita berbeda dari orang lain. Kreativitas yang tinggi merupakan nilai berharga yang wajib dimiliki oleh setiap penulis. Dengan berpikir kreatif, kita pun dituntut untuk terus mengasah kinerja otak serta membiasakan diri untuk tidak menunggu insight. Sebaliknya, kita harus mampu memunculkan insight setiap saat.
6. Tidak ada ide yang salah.
Kita perlu membangun sebuah konsep yang harus kita tanamkan dalam diri kita, bahwa tidak ada ide yang salah. Kita harus berani mengungkapakan segala ide yang muncul. Kesalahan kita bianya lebih karena takut mengungkap ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Sehingga, kita mempunyai banyak kekhawatiran yang tidak beralasan. Akibatnya, kekhawatiran itu justru menghambat kita dalam menulis. Jadi, jangan pernah takut mengungkapakan sebuah ide. Karena, setiap ide adalah hal yang berharga. Jangan sampai kita menyesal kalau kita tidak jadi mengungkapkan ide kita, dan pada akhirnya orang lainlah yang sukses mengungkapkan ide yang ternyata mirip dengan punya kita.
7. Rekreasi atau refresh otak dengan hal-hal yang menyenangkan.
Jika kita lelah dan tubuh bekerja terlalu keras, ada baiknya kita rekreasi atau cari kegiatan yang bisa menyegarkan kembali tubuh maupun pikiran kita. Jika waktu kita terbatas, kita dapat melakukan hobi yang sudah lama ditinggalkan. Hal ini akan membantu menyegarkan tubuh dan pikiran sehingga kita dapat bekerja dengan suasana yang lebih bagus lagi. Selain melakukan hobi lama, kita juga dapat berkunjung ke rumah saudara atau teman sekadar melepaskan penat atau cari inspirasi.
8. Terus asahlah otak dengan menulis kejadian sehari-hari.
Tidak memerlukan ide besar dalam menulis kejadian sehari-hari. Menuliskan kejadian sehari-hari akan membuat kita mampu menganalisis sebuah peristiwa dengan lebih baik. Dengan menulis, kita akan semakin terlatih dalam mengungkapkan ide ke dalam sebuah tulisan. Bisa jadi tulisan kita tentang peristiwa sehari-hari merupakan hal yang menarik untuk dikembangkan, sehingga kita tidak mengalami kesulitan lagi dalam mencari ide.
9. Berbicaralah dan berdiskusilah dengan orang lain.
Berbicara dan berdiskusilah dengan orang lain tentang berbagai topik. Ini akan membuka pikiran dan wawasan kita. Pertukaran ide melalui diskusi akan semakin memperkaya hasil analisis kita terhadap sebuah masalah. Dengan begitu, kita dapat dengan lebih mudah menemukan solusi atas suatu masalah, terlebih lagi jika kita sebelumnya kesulitan menemukan solusinya.
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengeksplorasi peristiwa sederhana dalam hidup sehari-hari itu perlu agar hal tersebut dapat menjadi stimulus dalam menemukan ide. Itu juga merupakan cara sederhana yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Intinya, paculah diri kita di setiap saat supaya dapat menemukan ide, mulai dari berbagai hal sederhana yang terjadi sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, kita akan semakin mudah menemukan ide untuk menulis.
Selain sebagai bahan tulisan, peristiwa sehari-hari yang dituliskan itu juga dapat berfungsi sebagai proses pengembangan diri, pengasah kemampuan analisis masalah, serta pemupuk ketajaman intelektualitas kita. Berbagai peristiwa yang terjadi itu juga menjadi bagian dari sejarah kita sendiri, atau bahkan sejarah secara umum.

B. Saran
Materi yang diberikan tidak jelas, apakah judul atau tema yang diberikan. Sehingga mengalami sedikit kesulitan dalam pembuatan makalahnya. Waktu yang diberikan relative singkat, kemudian tidak ada penjelasan lebih jelas mengenai tugas. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan tugas selanjutnya.








DAFTAR PUSTAKA

Nurdiyanti., Sofa,. 2009. 9 Cara Jitu Memancing Menulis. [online]. http://andriewongso.com. (Akses: 13 April 2010)

Anonim,. 2008. Jalan Keluar Ide-Ide Kreatif. [online]. http://mediabahasa.blogspot.com. (Akses: 13 April 2010).

Anonim,. 2008. Sejarah Singkat Media Indonesia. [online]. http://www.mediaindonesia.com. (Akses: 13 April 2010).

Anonim,. 2010. Pemanfaatan Dan Pengembangan Media Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. [online]. http://suksesbersamasukarto.blogspot.com. (Akses: 13 April 2010)

Riksono., Anwar,. 2008. Sedikit Bicara Tentang Sejarah Media. [online]. http://anwariksono.wordpress.com. (Akses: 13 April 2010).

Tidak ada komentar: