Minggu, 26 September 2010

KKN Kayuloe Barat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.
Komitmen tersebut, diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama
bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi
merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat.
Untuk beberapa tujuan, diantaranya kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan perlindungan terhadap lingkungan, Indonesia bersama negara-negara lainnya, menetapkan target-target yang ambisius namun sangat mungkin untuk dicapai. Kebanyakan dari target tersebut mesti dicapai pada 2015. Oleh karena itu, Tahun 2010 menjadi penting, karena tahun ini adalah pertengahan dari target 2015 khususnya pembangunan di bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diselenggarakan pada semua bidang kehidupan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian, pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya mendukung percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Kesehatan merupakan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada setiap insan di muka bumi ini. Bahkan, kesehatan menjadi salah satu pilar terlaksananya pembangunan nasional di suatu negara. Akan tetapi, bukanlah hal yang mudah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pada dasarnya, kesehatan masyarakat merupakan interaksi antara faktor-faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (H.L.Blum). Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara semua komponen dalam suatu negara, baik itu pemerintah, swasta, tenaga medis dan masyarakat itu sendiri.
Upaya pendekatan masyarakat yang komprehensif merupakan suatu jalan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, melalui pembinaan perilaku hidup sehat, kesehatan lingkungan, dan meningkatkan sarana pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif tetapi lebih ke arah peningkatan upaya promotif dan preventif.
Secara umum, hal yang menjadi masalah kesehatan di negara- negara berkembang, khususnya di Indonesia yang sampai hari ini belum maksimal mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak yang berkepentingan adalah masih seputar permasalahan dasar seperti buruknya sanitasi lingkungan, dan tidak diterapkannya perilaku hidup sehat oleh masyarakat.
Melihat gambaran masyarakat Indonesia yang menunjukkan tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi, mengindikasikan bahwa masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali penyakit lama seperti malaria dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik contohnya HIV/AIDS, Flu Burung dan Flu Babi; serta belum hilangnya penyakit-penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah. Keadaan ini diperparah dengan timbulnya berbagai kejadian bencana karena faktor alam seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin puting beliung maupun bencana karena perilaku manusia yang mengakibatkan semakin rusaknya alam seperti banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal.
Sementara kesehatan sebagai hak azasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan mereka. Di samping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus dipromosikan melalui soialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.
Dengan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Pembangunan kesehatan, yang merupakan bagian dari pembangunan Sumber Daya Kesehatan (SDM), tercantum dalam Bab 28. Sasaran yang harus dicapai oleh pembangunan kesehatan adalah:
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun.
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 45 menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup.
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8% menjadi 20%.
Dengan telah ditetapkannya sasaran tersebut, maka Departemen Kesehatan segera merumuskan Visi Departeman Kesehatan dalam rangka mencapai visi Indonesia Sehat, yang saat ini ditengarai dengan indikator-indikator sebagaimana tersebut dsi atas. Adapun Visi Departemen Kesehatan itu adalah ”Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat” dengan misi “Membuat Masyarakat Sehat” yang akan dicapai melalui strategi:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu, KKN-Profesi Kesehatan Angkatan (KKN-PK) XXXV Universitas Hasanuddin Desa Kayuloe Barat, Kecamatan Turatea Kabupaten Je’neponto dengan wilayah kerja Puskesmas Bontomate’ne dalam pengembangan desa siaga ini melakukan beberapa langkah pendekatan edukatif serta mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat, menyiap-siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, serta memandirikan masyarakat dalam mengembangkan hidup bersih sebagai pendukung agar masyarakat di desa Kayuloe Barat ini khususnya lebih siap siaga dalam menghadapi masalah kesehatan dan membiasakan diri berperilaku hidup sehat.

B. Pengertian Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan
Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan (KKN-PK) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah masyarakat di luar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah pembangunan yang dihadapi. KKN dilaksanakan dalam masyarakat di luar kampus dengan maksud meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu, pengetahuan, teknologi, serta seni untuk melaksanakan pembangunan yang semakin meningkat serta meningkatkan persepsi mahasiswa tentang relevansi antara materi kurikulum kampus dengan realita pembangunan dalam masyarakat.
KKN-PK merupakan salah satu bentuk pengintegrasian Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu antara pengabdian pada masyarakat dengan pendidikan dan penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara interdisipliner dalam bidang kesehatan, dibawah bimbingan Satgas KKN-PK dan Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu (7 minggu).
Bidang garapan dalam KKN-PK mencakup semua aspek yang terkait dengan profesi kesehatan, yaitu :
1. Aspek keterampilan teknis, misalnya monitoring dan evaluasi program yang telah atau sedang berjalan dan analisa data.
2. Aspek penelitian dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan instansi lokasi KKN-PK.
3. Aspek perencanaan, manajemen dan organisasi masalah kesehatan di lokasi KKN-PK.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang ada dan melakukan upaya pemecahan masalah.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan.
2. Mampu membuat perencanaan berbasis masalah.
3. Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan.

D. Sasaran
1. Mahasiswa :
a. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerjasecara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya ketergantungan kaitan dan kerjasama antar sektor.
b. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang pemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.
c. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.
d. Melaksanakan program pengembangan dan pembangunan bersama masyarakat yang bertumpu pada kultur kerja setempat.
e. Mendewasakan cara berfikir serta meningkatkan daya nalar dalam melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah secara pregmatis ilmiah.
f. Melatih mahasiswa sebagai dinamisator dan problem solver.
g. Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan dan memecahkan masalah secara langsung, akan menumbuhkan sifcat profesionalisme dan kepedulian social dalam diri mahasiswa dalam arti peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa kesejawatan.
2. Masyarakat dan Pemerintah Daerah/Institusi
a. Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran serta IPTEKS dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan.
b. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan pembangunan.
c. Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi swadaya masyarakat sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
d. Terbentuknya kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga terjamin kelanjutan upaya pembangunan kesehatan.
e. Memperoleh manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan program dan proyek pembangunan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
3. Perguruan Tinggi
a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dengan proses pembanguan di tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang ada di Perguruan Tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan kesehatan.
b. Dapat menelaah dan merumuskan keadaan / kondisi nyata masyarakat yang berguna bagi pengembangan IPTEKS, serta dapat mendiagnosa secara tepat kebutuhan masyarakat sehingga IPTEKS yang diamalkan dapat sesuai dengan tuntutan nyata.
c. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi serta departemen lain melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang melakukan KKN.










BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Keadaan Geografis
1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kecamatan
Kecamatan Turatea merupakan salah satu dari 11 kecamatan di kabupaten Jeneponto dengan luas wilayah 53,76 km2 yang berbatasan dengan Kecamatan Kelara di sebelah utara, Kecamatan Batang di sebelah timur, Kecamatan Bonto Ramba di sebelah Barat dan Kecamatan Binamu di sebelah selatan.
Sebanyak 11 Desa/Kelurahan di Kecamatan Turatea merupakan bukan daerah pantai dengan topografi atau ketinggian dari permukaan laut yang sama.
Menurut jaraknya, maka letak masing-masing Desa/Kelurahan ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten sangat bervariasi. Jarak Desa/Kelurahan ke ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten berkisar 1-17 km.Untuk jarak terjauh adalah Jombe yaitu sekitar 17 km dari ibu kota kecamatan (Paitana), sedangkan jarak terdekat adalah Desa Paitana.
2. Letak Geografis dan Batas Wilayah Desa Kayuloe Barat
Desa Kayulo Barat merupakan satu dari 11 desa di Kecamatan Turatea dengan luas 6,77 km2 (12,59 %) yang berbatasan dengan desa Pa’rasangan Beru di sebelah utara, Desa Kayuloe Timur di sebelah timur, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Empoang Utara kecamatan Binamu dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Jombe.
3. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kerja Puskesmas Bontomatene
Puskesmas Bontomatene tepatnya di Desa Bontomatene merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Jeneponto yang terletak di wilayah Kecamatan Turatea. Berjarak 12 km dari kota Jeneponto.
Wilayah kerja Puskesmas Bontomatene memiliki batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Kelara
b. Sebelah Timur : Kecamatan Batang
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Binamu
d. Sebelah Barat : Kecamatan Bontoramba
Wilayah kerja Puskesmas Bontomatene membawahi 6 desa. Adapun desa tersebut adalah:
1) Kayuloe Barat
2) Kayuloe Timur
3) Pa’rasangan Beru
4) Bontomatene
5) Paitana
6) Langkura
Secara rinci wilayah kerja Puskesmas Bontomatene dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1
Distribusi Wilayah Kerja Puskesmas Bontomatene
Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

DESA LUAS WILAYAH
(KM)
Kayuloe Barat 6,77
Kayuloe Timur 2,77
Pa’rasangan Beru 1,57
Bontomatene 4,76
Paitana 5,55
Langkura 4,16
Bungun Loe
Jumlah
Sumber : Puskesmas, 2010
Luas wilayah kerja Puskesmas Bontomatene adalah 25,58 KM2
4. Keadaan Iklim
Hasil pencatatan hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Turatea menunjukkan jumlah rata-rata hari hujan selama setahun sebanyak 9 hari sedangkan curah hujan sebanyak 161 mm.

B. Keadaan Demografis
1. Jumlah Penduduk Kecamatan Turatea
Kurun waktu tahun 2005-2008 jumlah penduduk Kecamatan Turatea meningkat setiap tahun, hasil registrasi pada table 2 nampak bahwa jumlah penduduk akhir tahun 2005 sekitar 28.982 jiwa, sedangkan terakhir tahun 2006 sekitar 28.727 jiwa, 2007 sekitar 28.878 jiwa dan pada tahun 2008 naik menjadi 29.018 jiwa.
Tabel 2
Penduduk Kecamatan Turatea Menurut Desa/Kel., Sex, Sex Ratio
Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto
Tahun 2008

Desa/Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah Sex Rasio
Laki-Laki Perempuan
Kayulue Barat 1.196 1.299 2.495 92
Bontomatene 1.733 1.862 3.595 93
Paitana 1.847 2.075 3.922 89
Mangepong 1.268 1.325 2.593 96
Bululoe 2.079 2.272 4.351 92
Jombe 1.092 1.220 2.312 90
Kayuloe Timur 569 606 1.175 94
Parasangang Beru 617 765 1.382 81
Bungungloe 1.449 1.551 3.000 93
Langkura 1.190 1.238 2.428 96
Tanjonga 888 877 1.765 101
Jumlah 13.928 15.090 29.018 92
Sumber: Registrasi Penduduk Akhir 2008

Berdasarkan jenis kelamin nampak bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar 13.928 jiwa dan perempuan sekitar 15.090 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah sekitar 92 yang berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 92 orang penduduk laki-laki.
2. Jumlah Penduduk Desa Kayuloe Barat
Jumlah penduduk Desa Kayuloe Barat yang tersebar di masing-masing Dusun yaitu Dusun Bontoa, Dusun Batu Tarang, Dusun Pa’bentengan, Dusun Je’netallasa dan Dusun Sampeang. Berikut dalam tabel 3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin:
Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Desa kayuloe Barat Kec. Turatea
Kab. Jeneponto
Tahun 2009

Dusun Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Bontoa 95 106 201
Batu Tarang 208 219 427
Pa’bentengan 219 240 459
Je’netallasa 252 270 522
Sampeang 134 152 286
Jumlah 908 987 1.895
Sumber: Desa Kayuloe Barat, 2009
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah penduduk Kayuloe Barat adalah 1.895 jiwa. Ini menunjukkan bahwa Desa Kayuloe Barat merupakan salah satu desa yang berpenduduk tinggi di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.

C. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya Desa Kayuloe Barat
Penduduk Desa Kayuloe Barat merupakan penduduk asli. Keadaan sosial ekonomi/budaya di Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea kabupaten Jeneponto cukup beragam, mulai dari agama, pendidikan, dan mata pencaharian penduduk.


1. Agama
Ditinjau dari segi agama yang dianut, maka sebagian besar/mayoritas penduduk di Desa Kayuloe Barat adalah beragama Islam. Jumlah tempat ibadah di Desa Kayuloe Barat cukup banyak, ini dapat kita lihat hampir setiap dusun dapat kita temukan mesjid atau mushollah.
2. Pendidikan
Sebagian besar penduduk Desa Kayuloe Barat adalah sampai pada tingkat SD/Sederajat. Informasi tersebut diperoleh dari Kepala Dusun. Hal ini menandakan bahwa dari tingkat pendidikan masyarakat bisa saja mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.
3. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk di Desa Kayuloe Barat sebagian besar adalah petani karena sebagian besar wilayah Desa Kayuloe Barat merupakan daerah pertanian yaitu lahan produktif. 190 H, lahan irigasi 191 H dan lahan kritis 317 H.
4. Tempat Tinggal
Tempat tinggal masyarakat Desa Kayuloe Barat sebagian besar adalah milik sendiri. Jumlah rumah yang ada di Desa Kayuloe Barat sebanyak 576 rumah, dengan rumah permanen sebanyak 73 rumah, semipermanen sebanyak 296 rumah dan rumah yang sangat sederhana berjumlah 207 rumah.

D. Status Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Desa Kayuloe Barat yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Bontomatene yang terletak di Desa Bontomatene. Desa Kayuloe Barat sendiri memiliki Puskesdes/Pustu yang terdapat di Dusun Pa’bentengan. Adapun tahun terakhir tidak pernah difungsikkan/digunakan. Ini dikarenakan pernah terjadi kasus pencurian dipuskesdes tersebut sehingga tenaga kesehatannya pindah dari puskesdes tersebut ke Rumah Dinas SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan.
Masyarakat kayuloe Barat sudah menggunakan pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Bontomatene atau Tenaga Bidan yang ada di Desa Kayuloe Barat. Meskipun masih ada kepercayaan terhadap tenaga Dukun dalam hal upaya penyembuhan penyakit. Adapun data tentang status kesehatan berikut ini:
1. Morbiditas
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Bontomatene, diperoleh data angka kesakitan (morbidity) di Puskesmas Bontomatene. Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:










Tabel 4
Angka Morbiditas 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Bontomatene
Menurut Jenis Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah
Kec. Turatea Kab. Jeneponto
Tahun 2010
Jenis Penyakit Jumlah %
Muskuloskeletal 62 14,7
Infeksi Akut Lain Saluran Peernapasan Atas 62 14,7
Batuk 56 13,2
ISPA 55 12,9
Diare 48 11,3
Anemia nonspesifik 38 9
Dermatitis 35 8,2
Gastritis 26 6,1
Hipertensi 22 5,2
Penyakit kulit akibat infeksi 20 4,7
Jumlah 424 100
Sumber: Puskesmas Bontomatene, 2010
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa dari 10 penyakit terbesar yang di derita terbanyak pasien Jmkesda menderita penyakit Muskolokeletal dan Infeksi Akut Lain Saluran Pernapasan Atas sebanyak 62 (14,7 %) dari 100 jumlah pasien sedangkan yang terendah diderita adalah penyakit kulit akibat infeksi sebesar 20 atau sekitar 4,7 %.











Tabel 5
Angka Morbiditas 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Bontomatene
Menurut Jenis Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Kec. Turatea Kab. Jeneponto
Tahun 2010
Jenis Penyakit Jumlah %
ISPA 131 16,2
Penyakit Otot Dan Jaringan Ikat 120 14,9
Dermatitis 90 11,2
Batuk 79 9,8
ISPA 77 9,5
Anemia Nonspesifik 74 9,2
Penyakit Kulit Akibat Infeksi 73 9,1
Gastritis 60 7,4
Diare 56 6,9
Rematik 47 5,8
Jumlah 807 100
Sumber: Puskesmas Bontomatene, 2010
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa dari 10 penyakit terbesar yang di derita terbanyak pasien Jamkesmas menderita penyakit ISPA sebanyak 131 (16,2 %) dari 807 jumlah pasien sedangkan yang terendah diderita adalah penyakit Reumatik sebesar 47 atau sekitar 5,8 %.














Tabel 6
Angka Morbiditas 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Bontomatene
Menurut Jenis Pelayanan Asuransi Kesehatan
Kec. Turatea Kab. Jeneponto
Tahun 2010
Jenis Penyakit Jumlah %
Infeksi Akut Lain Saluran Pernapasan Atas 33 18,7
Batuk 23 13,0
Penyakit Otot Dan Jaringan Ikat 22 12,4
Dermatitis 21 11,9
Rematik 19 10,7
Hipertensi 19 10,8
ISPA 12 6,8
Sakit Kepala 10 5,6
Anemia Nonspesifik 10 5,6
Diare 8 4,5
Jumlah 177 100
Sumber: Puskesmas Bontomatene, 2010
Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa dari 10 penyakit terbesar yang di derita terbanyak pasien Pelayanan Asuransi kesehatan menderita penyakit Infeksi Akut Lain Saluran Pernapasan Atas sebanyak 33 (18,7 %) dari 177 jumlah pasien sedangkan yang terendah diderita adalah penyakit Diare sebesar 8 atau sekitar 4,5 %.





2. Mortalitas dan Morbiditas
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Jumlah Kelahiran Dan Kematian
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Jenis Kelamin Kelahiran % Kematian %
Laki-Laki 12 54,55 4 50,00
Perempuan 10 45,45 4 50,00
Jumlah 22 100 8 100
Sumber: Desa Kayuloe Barat, 2008
Dari tabel diatas menunjukkan jumlah kelahiran dan kematian tahun 2008. Dari setiap 22 kelahiran, terdapat 8 yang meninggal. Jumlah kelahiran terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 54,55 % atau sekitar 12 kelahiran. Sedangkan jumlah kematian seimbang pada laki-laki dan perempuan yaitu 50 % (4) kematian.
3. Fasilitas Kesehatan di Desa Kayuloe Barat
Tabel 8
Distribusi frekuensi Menurut Fasilitas Kesehatan
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Fasilitas Kesehatan Frekuensi %
Rumah Sakit 0 0
Puskesmas 0 0
Pustu 1 16,6
Posyandu 5 83,4
Toko Obat 0 0
Jumlah 6 100
Sumber: Desa Kayuloe Barat, 2008

Tabel tersebut menjelaskan jumlah sarana kesehatan yang ada di Desa Kayuloe Barat. Jumlah Posyandu yang ada sebanyak 5 atau sekitar 83,4 %.
Status kesehatan masyarakat Desa Kayuloe Barat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Desa Kayuloe Barat memiliki daerah perbukitan dan dataran. Sesuai dengan keadaan lingkungan kebanyakan dusun di Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea adalah daerah daratan. Pekarangan banyak dimanfaatkan untuk menanam bunga, sayur, buah, dan memelihara hewan ternak.
Lingkungan fisik Desa Kayuloe Barat terbagi atas 5 (Lima) Dusun yaitu : Dusun Sampeang, Dusun Je’netallasa, Dusun Bontoa, Dusun Batu Tarang dan Dusun Pa’bentengan.
Kepemilikan tempat sampah yang memenuhi syarat di Desa Kayuloe Barat masih relatif rendah, sebagian besar masyarakat cenderung membuang sampah ke sembarang tempat atau di pekarangan rumah kemudian dibakar.
Keadaan di atas dapat memicu timbulnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan penduduk setempat misalnya diare dan muntaber.

2. Faktor Perilaku
Secara umum masyarakat Desa Kayuloe Barat sudah mengetahui tentang perilaku sehat dan manfaatnya dalam kehidupan, namun hanya sebagian yang sudah menerapkannya. Beberapa perilaku tidak sehat dalam masyarakat seperti saat melakukan persalinan, walaupun sebagian besar sudah menggunakan bantuan tenaga kesehatan, namun masih ada yang dibantu oleh dukun.
Selain itu, masyarakat masih sedikit yang mempunyai tempat sampah, sebagian besar dari masyarakat tidak membuang sampah pada tempat yang memenuhi syarat kesehatan tapi membuang sampah di sembarang tempat. Jika sampahnya sudah menumpuk kebanyakan sampah tersebut dibakar atau ditimbun.
Penyediaan air bersih sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Namun pembuangan air limbah juga menjadi masalah di Desa Kayuloe Barat, Saluran pembuangan air limbah yang dimiliki masyarakat Desa Kayuloe Barat tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Karena kebanyakan karena pembuangan air limbahnya tanpa penampungan (di tanah).
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Bontomatene. Akan tetapi letak Puskesmas Bontomatene yang relatif jauh dari Desa Kayuloe Barat mengakibatkan masyarakatnya kadangkala enggan memeriksakan diri ke Puskesmas Bontomatene. Di Desa Kayuloe Barat terdapat 1 Poskesdes akan tetapi tidak berfungsi.
Selain itu, Desa Kayuloe Barat memiliki 5 Posyandu. Namun para penduduk masih sangat jarang membawa bayi dan balita mereka ke posyandu dikarenakan pengetahuan akan pentingnya imunisasi masih sangat kurang.
4. Faktor Genetik
Menurut informasi yang diperoleh faktor genetik yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat setempat yaitu pada kasus penyakit hipertensi yang merupakan penyakit dengan tingkat kesakitan yang tinggi (jumlah penderita relatif tinggi). Selain penyakit hipertensi, penyakit rematik juga banyak di derita oleh masyarakat di Desa Kayuloe Barat khususnya yang berusia lanjut.






BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Persiapan Observasi
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan (KKN-PK) angkatan 35 diterima di Kantor Bupati Jeneponto pada hari kamis, 01 Juli 2010 pukul 13.00 wita. Mahasiswa tiba di lokasi KKN yaitu di Desa Kayuloe Barat Kecaamatan Turatea Kabupaten Jeneponto pada hari Kamis, 01 Juli 2010. Posko KKN-PK bertempat di Rumah Kepala Desa Kayuloe Barat di Sekke Dusun Je’netallasa Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.
Merumuskan prioritas masalah dalam masyarakat diperlukan data sekunder dan primer. Oleh karena itu, kami melaksanakan persiapan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2010. Persiapan observasi yang dilakukan meliputi pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan perangkat-perangkat desa serta instansi terkait. Selain itu dilakukan juga penyusunan rencana kegiatan observasi dan mempersiapkan pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pelaksanaan observasi yang akan dilaksanakan.



B. Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan kegiatan yang dilaksanakan sebelum membuat dan melaksanakan program kerja. Observasi lapangan dilakukan pada minggu pertama sebelum melakukan pendataan dan sebelum menyusun program kerja. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 1 s/d 7 Juli 2010.
Observasi dilakukan dengan pengumpulan data sekunder, mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan serta penyusunan prioritas masalah. Observasi sekunder dilakukan dengan pengumpulan data di Poskesmas Bontomatene dan Kantor Desa melalui wawancara dengan Kepala Desa dan dengan melihat profil desa.
Observasi lapangan ini bertujuan selain mengetahui karakteristik lokasi KKN-PK juga untuk bersosialisasi dengan masyarakat, mengenal wilayah kerja, dan untuk memperoleh informasi langsung dari Tokoh Masyarakat, Kepala Dusun, Tokoh Agama, Kepala Puskesmas, Bidan Desa, para Kader dan Masyarakat tentang masalah-masalah kesehatan yang ada di Desa Kayuloe Barat.

C. Program Kerja
Program kerja disusun berdasarkan prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Kayuloe Barat. Prioritas masalah didapatkan dengan melakukan pendataan, pemetaan dan observasi di setiap rumah yang ada di Desa Kayuloe Barat.
Program kerja yang telah disusun diseminarkan pada seminar program kerja yang dilaksanakan pada tanggal 08 Juli 2010 yang dilaksanakan di Kantor Desa Kayuloe Barat. Program kerja yang telah diseminarkan dilaksanakan dari tanggal 12 sampai dengan 05 Juli 2010. Setelah program kerja dilaksanakan, hasilnya diseminarkan pada seminar evaluasi bulan I yang juga dilakukan di Kantor Desa Kayuloe Barat pada tanggal 06 Agustus 2010.
Program kerja yang belum terlaksana dan program kerja tambahan dilaksanakan tanggal 08 Agustus sampai dengan 22 Agustus 2010. Hasil dari program kerja tersebut kemudian diseminarkan pada seminar evaluasi akhir tanggal 25 Agustus 2010 di Kantor Desa Kayuloe Barat. Seminar yang dilakukan baik seminar program kerja, seminar evaluasi bulan I maupun seminar evaluasi akhir melibatkan pemerintah setempat (kelurahan dan kecamatan), puskesmas, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, kader dan anggota masyarakat.
Adapun program kerja yang akan dilaksanakan termasuk program tambahan usulan dari warga masyarakat Desa Bonto Lojong adalah :
C.1. Intervensi Non Fisik
1. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD
2. Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza).
3. Penyuluhan TOGA (Tanaman Obat Keluarga)
4. Penyuluhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Saat Menggunakan Pestisida.
5. Penyuluhan Imunisasi & KIA
6. Penyuluhan Penggunaan Obat Secara Benar
7. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
8. Penyuluhan Garam Keluarga Beryodium (GKY)
C.2 Intervensi Fisik
1. Pemeriksaan Mata
2. Praktek Cuci Tangan Dan Sikat Gigi Massal Di SD
3 Pelatihan Dokter Kecil
4 Pemeriksaan Kesehatan
5. Pembagian Poster
6. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
7. Pengadaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
8. Survay Jamban

D. Pelaksanaan Program Kerja
D.1 Intervensi Non Fisik
Program kerja disusun berdasarkan prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Kayuloe Barat. Prioritas masalah didapatkan dengan melakukan pendataan, pemetaan dan observasi di setiap rumah yang ada di Desa Kayuloe Barat.
Program kerja yang telah disusun diseminarkan pada seminar program kerja yang dilaksanakan pada tanggal 08 Juli 2010 yang dilaksanakan di Kantor Desa Kayuloe Barat. Program kerja yang telah diseminarkan dilaksanakan dari tanggal 12 sampai dengan 05 Juli 2010. Setelah program kerja dilaksanakan, hasilnya diseminarkan pada seminar evaluasi bulan I yang juga dilakukan di Kantor Desa Kayuloe Barat pada tanggal 06 Agustus 2010.
Kegiatan intervensi nonfisik selama menjalani kegiatan Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan di Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea dilakukan dalam bentuk penyuluhan dan sosialisasi. Indikator keberhasilan yaitu sejumlah masyarakat yang hadir pada saat diadakan penyuluhan dan sosialisasi serta peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pre dan post test.
Selama kegiatan intervensi nonfisik yang dilaksanakan selama berada di lokasi KKN-PK adalah:
1. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD
a. Bentuk kegiatan
Penyuluhan yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan anak-anak Sekolah Dasar yang ada di Desa Kayuloe Barat. Penyuluhan difokuskan untuk kelas IV, V dan VI SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan, SDN Inpres No. 176 Je’netallasa dan SDN Inpres No. 174 Bontoa dikarenakan murid dikelas tersebut lebih mudah memberikan pemahaman. Materi yang dibrikan adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu: Cuci Tangan, Sikat Gigi, Potong kuku, Mandi dan membuang sampah pada tempatnya.
Tujuan umum penyuluhan ini dilaksanakan adalah Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Dan tujuan khususnya adalah agar siswa-siswi memahami cara perilaku hidup bersih dan sehat (cara cuci tangan, kebersihan kuku, sikat gigi, kebersihan diri dan kebersihan).
Pemberian materi menggunakan alat Flipchart untuk memudahkan penyampaian materi. Siswa-siswi yang yang diberikan penyuluhan sangat antusias karena baru pertama kalinya mendapatkan materi PHBS serta adanya hadiah yang disediakan oleh mahasiswa bagi siswa-siswi yang bisa menjawab pertanyaan dari tim penyuluh.
Kegiatan ini kami laksanakan pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan penyuluhan sebanyak 3 Sekolah. Senin, 19 Juli 2010 bertempat di SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan pukul 09.00 - 11.00 WITA. Selasa, 20 Juli 2010 di SDN Inpres No. 176 Je’netallasa pukul 09.00 – 11.00 WITA. Kamis, 22 Juli 2010 di SDN Inpres No. 174 Bontoa pukul 09.00 – 11.00 WITA.


b. Hasil
Tabel 9
Hasil Evaluasi Penyuluhan PHBS SD di Kayuloe Barat
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Sekolah Dasar Nilai Pre Tes Nilai Post Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan 81,0 81 95,5 95
SDN Inpres No. 176 Je’netallasa 79,2 79 93,1 93
SDN Inpres No. 174 Bontoa 81,0 81 94,1 94
Jumlah 241,2 241 282,7 282
Nilai Rata-Rata (%) 80,3 94
Sumber: Data Primer, 201 0
Berdasarkan hasil evaluasi yang ditunjukkan tabel tersebut, bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dari 80,3 % menjadi 94 % setelah penyuluhan, setelah persentase tersebut dirata-ratakan. Penyuluhan ini dihadiri oleh 36 siswa SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan, 35 siswa SD Inpres No. 176 Je’netallasa, dan 37 siswa SDN Inpres No. 174 Bontoa.
2. Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza).
a. Bentuk kegiatan
Penyuluhan yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan siswa-siswi SMP 4 Turatea dan MTS Annisa Je’netallasa Desa Kayuloe Barat. Materi yang diberikan adalah Bahaya Penyalahgunaan Napza dan Bahaya Rokok serta dilakukan pemutaran video bahaya rokok. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan alat LCD.
Adapun tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMP 4 Tuaratea dan MTSs An-Nisa Je’netallasa mengenai Napza dan bahaya rokok. Dan tujuan khususnya yaitu siswa-siswi dapat mengetahui tentang seluk beluk dari NAPZA dan bahaya yang dapat ditimbulkannya yang merupakan dampak dari pemakaian napza/narkoba. Sehingga siswa-siswi mampu mengubah keyakinan, sikap dan perilakunya untuk tidak sekali-kali menggunakan narkoba/napza.
Kegiatan ini kami laksanakan pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan penyuluhan sebanyak 2 Sekolah.
Sabtu, 24 Juli 2010 pukul 09.00-11.00 WITA bertempat di SMP 4 Turatea dan pukul 11.30 – 13.00 WITA bertempat di MTS Annisa Je’netallasa Desa Kayuloe Barat.
b. Hasil
Tabel 10
Hasil Evaluasi Penyuluhan Napza Di tingkat SMP
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Sekolah Menengah Nilai Pre Tes Nilai Post Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
SMP 4 Turatea 62,0 62 82,0 82
MTSs An-Nisa Je’netallasa 76,0 76 92,0 92
Jumlah 138 138 174 174
Rata-Rata (%) 69 87
Sumber: Data Primer, 2010
Tabel 10 tersebut menjelaskan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan yaitu dari 69 % menjadi 87 % setelah penyuluhan. Penyuluhan yang dilakukan di SMP 4 Turatea dihadiri sebanyak 36 siswa dan sebanyak 27 siswa MTSs An-Nisa Je’netallasa hadir dalam penyuluhan tersebut.
3. Penyuluhan TOGA (Tanaman Obat Keluarga)
a. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatannya berupa penyuluhan dan percontohan tanaman obat keluarga kepada masyarakat desa Kayuloe Barat. Metode yang digunakan adalah ceramah dan Tanya jawab. Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan membagikan Booklet yang berisikan contoh-contoh tanaman obat dan juga cara pembuatannya pada saat penyuluhan. Adapun tanaman obat keluarga yang disajikan pada saat penyuluhan adalah manfaat Bawang Putih, Alang-alang, Tapak Dara, Lengkuas, Kunyit, Kencur. Sekitar 60 orang yang mengikuti penyuluhan ini.
Tujuan umum dilakukan penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penggunaan tanaman obat keluarga (TOGA). Dan tujuan khususnya adalah agar masyarakat memahami manfaat dan cara pembuatan tanaman obat keluarga.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.
b. Hasil
Tabel 11
Hasil Evaluasi Penyuluhan Tanaman Obat Keluarga
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Dusun Nilai Pre Tes Nilai Pos Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
Sampeang 70 70 97,0 97
Je’netallasa 15 15 80,0 80
Bontoa 17 17 96,0 86
Batu Tarang 16 16 98,0 98
Pa’bentengan 17 17 95,0 95
Jumlah 135 135 456 456
Rata-Rata (%) 27 91,2
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas apat dilihat terjadi peningkatan pengetahuan di masing-masing dusun. Peningkatan pengetahuan sebelum pre tes 27 % menjadi 91,2 % setelah penyuluhan. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusn Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9 orang.
4. Penyuluhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Saat Menggunakan Pestisida.
a. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatannya berupa penyuluhan dan tanya jawab dengan masyarakat desa Kayuloe Barat. Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan membagikan booklet. Materi yang dibawakan pada penyuluhan APD adalah Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat menggunakan Pestisida.
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat petani akan pentingnya APD dalam melakukan kegiatan di tempat kerja. Dan tujuan khususnya agar masyarakat mengetahui pentingnya penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) dalam pemakaian pestisida, Masyarakat Desa Kayuloe Barat mengetahui cara mencegah keracunan pestisida melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.

b. Hasil
Tabel 12
Hasil Evaluasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Dusun Nilai Pre Tes Nilai Pos Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
Sampeang 46 46 88 88
Je’netallasa 51 51 95 95
Bontoa 70 70 98 98
Batu Tarang 81 81 96 96
Pa’bentengan 69 69 97 97
Jumlah 318 318 474 474
Rata-Rata (%) 63,6 94,8
Sumber : Data Hasil Evaluasi
Tabel 12 di atas menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Peningkatan pengetahuan sebelum penyuluhan 63,6 % menjadi 94,8 % setelah penyuluhan. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusn Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9 orang.
5. Penyuluhan Imunisasi & KIA
a. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan Imunisasi berupa penyuluhan dan tanya jawab dengan masyarakat desa Kayuloe Barat. Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan membagikan booklet. Materi yang diberikan adalah Pentingnya Imunisasi dan Manfaat ASI.
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini agar meningkatkan pengetahuan dini kepada masyarakat tentang pentingnya Imunisasi dalam kesehatan ibu dan anak. Tujuan khusus agar masyarakat terutama ibu-ibu mengetahui secara umum imunisasi, Memberikan pemahaman tentang pentingnya pengawasan ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, dan imunisasi lengkap pada bayi.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.








b. Hasil
Tabel 13
Hasil Evaluasi Penyuluhan Imunisasi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Dusun Nilai Pre Tes Nilai Pos Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
Sampeang 15 15 98 98
Je’netallasa 14 14 99 99
Bontoa 17 17 85 85
Batu Tarang 16 16 98 98
Pa’bentengan 8 8 92 92
Jumlah 70 70 472 472
Rata-Rata (%) 14 94,4
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 13 diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan setelah diadakan post test dari 14 % menjadi 94,4%. Penyuluhan ini juga dihadiri oleh 19 orang.
6. Penyuluhan Penggunaan Obat Secara Benar
a. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan penggunaan obat secara benar berupa penyuluhan dan tanya jawab dengan masyarakat desa Kayuloe Barat. Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan membagikan booklet. Materi yang diberikan adalah Penggunaan Obat Secara Baik dan Benar.
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dini kepada masyarakat tentang Penggunaan Obat Secara Benar).
Dan tujuan khususnya agar masyarakat mengetahui secara umum cara penggunaan obat secara benar, Memberikan pemahaman tentang pentingnya penggunaan obat secara benar.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.
b. Hasil
Tabel 14
Hasil Evaluasi Penyuluhan Penggunaan Obat Secara Benar
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Dusun Nilai Pre Tes Nilai Pos Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
Sampeang 89 89 99 99
Je’netallasa 86 86 99 99
Bontoa 97 97 100 100
Batu Tarang 94 94 75 75
Pa’bentengan 100 100 100 100
Jumlah 466 466 473 473
Rata-Rata (%) 93,2 94,6
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan setelah diadakan post test dari 93,2 % menjadi 94,6 %. Penyuluhan ini juga dihadiri oleh 19 orang. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusn Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9 orang. Penanggungjawab kegiatan ini adalah Arnida Nasir.
7. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
a. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab dengan masyarakat desa Kayuloe Barat. Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan membagikan booklet. Materi yang diberikan adalah materi PHBS.
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dini kepada masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan khususnya agar masyarakat mengetahui secara umum Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan Rumah Tangga, Memberikan pemahaman tentang pentingnya menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.
b. Hasil
Tabel 15
Hasil Evaluasi Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Dusun Nilai Pre Tes Nilai Pos Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
Sampeang 17 17 98 98
Je’netallasa 23 23 99 99
Bontoa 13 13 98 98
Batu Tarang 37 38 98 98
Pa’bentengan 3 3 99 99
Jumlah 93 93 492 492
Rata-Rata (%) 18,6 98,4
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan setelah diadakan post test yaitu 18,6 % sebelum penyuluhan dan 98,4 % setelah penyuluhan. Penyuluhan ini juga dihadiri oleh 19 orang. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusn Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9 orang.
8. Penyuluhan Garam Keluarga Beryodium (GKY)
a. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan garam keluarga beriodium di masyarakat dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab dengan masyarakat desa Kayuloe Barat. Selain itu juga akan diberikan tambahan informasi dengan membagikan booklet. Materi yang diberikan adalah Manfaat Garam Beryodium.
Tujuan umum penyuluhan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dini kepada masyarakat tentang Garam Beryodium. Tujuan khususnya agar masyarakat mengetahui secara umum Pentingnya Garam Beryodium di tatanan Rumah Tangga, Memberikan pemahaman tentang pentingnya mengkonsumsi Garam Beryodium.
Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Dusun Desa Kayuloe Barat yaitu Dusun Sampeang pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 13.00 – 14.30 WITA, Dusun Bontoa pada tanggal 17 Juli 2010 pukul 15.00 – 17.00 WITA, Dusun Batutarang pada tanggal 19 Juli 2010 pukul 14.00 – 16.00 WITA, Dusun Pa’bentengan pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.000 – 16.00 WITA dan Dusun Je’netallasa pada tanggal 26 Juli 2010 pukul 11.00 – 14.00 WITA.






b. Hasil
Tabel 16
Hasil Evaluasi Penyuluhan Garam Keluarga Beryodium
Desa Kayuloe Barat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Dusun Nilai Pre Tes Nilai Pos Tes
Rata-Rata % Rata-Rata %
Sampeang 69 69 99 99
Je’netallasa 59 59 98 98
Bontoa 74 74 100 100
Batu Tarang 69 69 97 97
Pa’bentengan 62 62 93 93
Jumlah 333 333 487 487
Rata-Rata (%) 66,6 97,4
Sumber: Data Primer, 2010
Tabel 16 tersebut menjelaskan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yaitu sebelum penyuluhan 66,6 % dan setelah penyuluhan meningkat menjadi 97,4 %. Penyuluhan ini dihadiri 74 orang, dimana penyuluhan di Dusun Sampenag dihadiri 26 orang, Dusun Je’netallasa 11 orang, Dusun Bontoa 11 orang, Dusun Batu Tarang 17 Orang dan Dusun Pa’bentengan 9 orang.
D.2 Intervensi Fisik
Beberapa kegiatan intervensi fisik yang dilaksanakan selama berada di lokasi KKN-PK adalah



1. Pemeriksaan Mata
a. Bentuk Kegiatan
Pemeriksaan mata dilakukan dengan memeriksa langsung mata responden (pemeriksaan visus) dengan mengatangi langsung rumahnya (Door To Door.) Cara pengambilan sampel menggunakan metode Sampling Random. Setelah dilakukan pemeriksaan mata, dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang kondisi mata yang telah diperiksa yang selanjutnya dilakukan pendataan bagi responden yang telh diperiksa.
Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk memeriksa mata masyarakat Desa Kayuloe barat. Adapun tujuan khususnya adalah untuk mengetahui kondisi kondisi matanya serta untuk Meningkatkan kepeduliannya agar menjaga kebersihan mata.
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Kayuloe Barat pada tanggal 09-12 Juli 2010 pada pukul 10.00 WITA.
b. Hasil
Tabel 17
Hasil Pendataan dan Pemeriksaan Mata
Desa Kayuloe Barat Kec. Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Hasil Pemeriksaan Frekuensi %
Pteregium 25 71,4
Katarak 2 5,71
Parut Sikatriks 0 0
Juling 0 0
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa terdapat 71 % atau sekitar 25 orang yang terkena Pteregyum dari 35 orang. Pada pemeriksaan mata menunjukkan yang telah diperiksa matanya sejumlah 35 orang.
2. Praktek Cuci Tangan Dan Sikat Gigi Massal Di SD
a. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan demo sikat gigi dan cuci tangan yang diikuti oleh siswa-siswi kelas IV, V dan V SD Inpres 85 Pa’bentengan, SD Inpres 176 Je’netallasa, SDN 174 Bontoa. Sebelum dilakukan demo sikat gigi dan cuci tangan terlebih dahulu diberikan penyuluhan tentang cara sikat gigi dan cuci tangan yang baik dan benar.
Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Tujuan khususnya untuk mengajar anak-anak cara perilaku hidup bersih dan sehat, mengajarkan cara cuci tangan, kebersihan kuku, sikat gigi, kebersihan diri dan kebersihan. Sehingga paham dan mengerti cara sikat gigi dan cuci tangan yang baik dan benar.
Kegiatan ini kami laksanakan pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan penyuluhan sebanyak 3 Sekolah.
Kegiatan ini kami laksanakan pada waktu dan tempat yang berbeda, karena Sekolah yang akan diadakan penyuluhan sebanyak 3 Sekolah. Senin, 19 Juli 2010 bertempat di SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan pukul 09.00 - 11.00 WITA. Selasa, 20 Juli 2010 di SDN Inpres No. 176 Je’netallasa pukul 09.00 – 11.00 WITA. Kamis, 22 Juli 2010 di SDN Inpres No. 174 Bontoa pukul 09.00 – 11.00 WITA.
b. Hasil
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan penyuluhan sehingga siswa-siswi yang telah menerima materi cuci tangan dan sikat gigi langsung diintruksikan untuk melakukan praktek cuci tangan. Praktek cuci tangan diikuti lebih dari 50 siswa yang terbagi di tiga sekolah yang berbeda serta praktek sikat gigi diikuti 30 siswa yang terbagi di tiga sekolah.
3 Pelatihan Dokter Kecil
a. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan pelatihan dokter kecil berupa pelatihan – pelatihan dasar dari perilaku hidup sehat. Pelatihan yang akan dilakukan adalah:
1. Keterampilan Pertolongan Pertama pada Penyakit Diare
2. Keterampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) meliputi: Mata, Telinga, Hidung, Perdarahan Gusi dan Kantung Gigi, Perlukaan
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk melatih siswa-siswi untuk menjadi dokter kecil. Tujuan khususnya yaitu untuk membentuk dokter kecil di masing-masing sekolah dan memiliki keterampilan khusus dalam menerapkan pola sehat di sekolah.
Kegiatan ini kami laksanakan pada waktu dan tempat yang sama, karena murid yang akan dilakukan pelatihan adalah perwakilan dari sekolah sehingga memungkinkan diadakan di satu tempat yaitu SDN Inpres no. 85 Pa’bentengan pada tanggal 3 sampai 11.30 WITA.
b. Hasil
Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan demo dari tugas dokter kecil yang diikuti oleh perwakilan masing-masing sekolah yaitu siswa-siswi kelas IV, V dan VI SD Inpres 85 Pa’bentengan, SD Inpres 176 Je’netallasa, SDN 174 Bontoa. Selanjutnya dilakukan pembekalan khusus dengan melakukan demonstrasi merawat orang sakit. Kegiatan ini diikuti 18 siswa-siswi dengan masing-masing perwakilan 6 siswa-siswi setiap sekolah
4 Pemeriksaan Kesehatan
a. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemberian obat secara gratis kepada masyarakat Desa Kayuloe Brata yang mengikuti kegiatan ini.
Tujuan umum kegiatan ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan khususnya untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadapat masyarakat berupa pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan gratis
Kegiatan ini kami laksanakan pada tanggal 02 Juli 2010 pukul 11.00 sampai 13.00.


b. Hasil
Tabel 18
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Masyarakat
Desa Kayuloe Barat Kec. Turatea
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010

Jenis Penyakit Frekuensi %
Dispepsia 2 2
Gastritis 14 14
Myalgia 15 15
Reumatoid Arthritis 14 14
Hipertensi 15 15
Common Cold 4 4
Febris 4 4
Diabetes Mellitus 2 2
Nyeri Kepala 6 6
Batuk 3 3
Pterigium 2 2
Dermatitis Alergi 4 4
Cephalgia 3 3
Caries Gigi 2 2
Tuberculosis 1 1
Asma 1 1
Hipotensi 1 1
Disentri 1 1
Candidiasis 1 1
Tonsilitis 1 1
Anemia 1 1
Insomnia 1 1
Vertigo 1 1
Malaise 1 1
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer, 2010
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penyakit terbanyak setelah dilakukan pemeriksaan adalah Hipertensi dan myalgia yaitu sekitar 15 %.
5. Pembagian Poster
a. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah membagikan poster kepada masing-masing sekolah yang di Desa Kayuloe Barat. Materi poster yang diberikan antara SD dan SMP berbeda, sesuai dengan materi penyuluhan yang pernah dilakukan. Poster untuk SD berisikan materi PHBS sedangkan materi poster untuk SM adalah Bahaya Napza dan bahaya Rokok.
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman PHBS kepada pelajar SMP dan SD Kayuloe Barat. Tujuan khususnya yaitu untuk mengetahui dan mampu mempraktekkann PHBS dikehidupan sehari-hari
Waktu dan Tempat: 02 – 04 Agustus, SDN 85,Pa’bentengan, SDN 176 Je’netallasa, SDN 174 Bontoa, SMP 4, MTS Annisa. materi poster yang diberikan adalah poster PHBS untuk sekolah dasar dan poster Napza dan rokok untuk SMP/MTS.
b. Hasil
Jumlah poster yang dibagikan sebanyak sepuluh poster. Enam poster PHBS untuk SDN Inpres No. 85 Pa’bentengan, SDN Inpres No. 176 Je’netallasa, SDN Inpres 174 Bontoa. Sedangkan poster untuk SMP 4 Turatea dan MTSs Annisa Je’netallasa masing-masing dua poster yaitu Napza dan bahaya rokok.
6. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
a. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan kerja sama masyarakat terutama warga yang ditempati halaman rumahnya untuk dijadikan (ditanami) tanaman obat keluarga percontohan. Tujuan umumnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan TOGA di pekarangan rumah. Tujuan khususnya untuk memaksimalkan fungsi pekarangan rumah yang dimiliki warga Kayuloe Barat.
Penanaman dilakukan di Dusun Batu Tarang di rumah kader kesehatan pada hari Minggu, 1 Agustus 2010 pukul 10.00-12.00 WITA. Dusun Sampeang di rumah kepala dusun pada hari Kamis, 29 Juli 2010 pukul 15.00-16.00 WITA. Dusun Bontoa di rumah Krg. Lantibone DG. Gowa pada hari Selasa, 03 Agustus 2010 pukul 15.00-16.00 WITA. Dusun Je’netallasa di rumah Yayasan Panti Asuhan pada hari Selasa, 03 Agustus 2010 pukul 15.00-16.00 WITA.
b. Hasil
Jenis tanaman yang ditanam di Dusun Batu Tarang adalah Kumis Kucing, Patihan Kerbau, Miana, Cocor Bebek. Dusun Sampeang adalah Sambiloto, Patikan Kerbau, Cocor Bebek, Rosella, Bayam Duri, Tapak Dara,Tapak Liman. Dusun Bontoa adalah Patikan Kerbau, Cocor Bebek, Tapak Dara. Serta Dusun Je’netallasa adalah Patikan Kerbau, Cocor Bebek, Rosella, Miana, Bayam Duri, Tapak Dara, Tapak Liman.
7. Pengadaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
a. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah pengadaan unit kesehatan sekolah (UKS) yaitu perlengkapan dasar P3K dimasing-masing sekolah yang ada di Desa Kayuloe Barat. Perlengkapan dasar tersebut dibagikan ke rumah masing-masing kepala sekolah. Hal ini dikarenakan, adanya libur. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah agar setiap sekolah memiliki perlengkapan dasar UKS.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Agustus 2010 di rumah kepala sekolah masing-masing.
b. Hasil
Kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan membagikan perlengkapan dasar P3K yaitu kapas, perban, plaster, obat merah, rivanol.
8. Survey Jamban
c. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini adalah survey door to door dengan menanyakan kepemilikan jamban. Proses survey dilakukan dengan membagi tim dengan harapan kegiatan tersebut bisa diselesaikan dengan cepat. Tujuan dari kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui masyarakat yang memiliki jamban. Kegiatan ini dilaksanakan 15-19 Agustus 2010 di Desa Kayuloe Barat
d. Hasil
Tabel 19
Distribusi Kepemilikan Jamban Rumah Tangga
Desa Kayuloe Barat Kec. Turatea
Kab. Jeneponto
2010

Dusun Kepemilikan Jamban
Ya % Tidak %
Sampeang 29 43 38 57
Je’netallasa 45 45 54 55
Bontoa 17 32 35 68
Batu Tarang 44 40 64 60
Pa’bentengan 19 34 36 66
Jumlah 125 39 189 61
Sumber: Data Primer, 2010

Dari hasil survai jamban, sekitar 125 (39 %) rumah tangga yang memiliki jamban dan sekitar 189 (61 %) rumah tangga yang tidak memiliki jamban.

E. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
1. Faktor Pendukung
Selama pelaksanaan kegiatan KKN Profesi Kesehatan di Desa Kayuloe Barat, terdapat beberapa faktor yang dianggap mendukung terlaksananya semua kegiatan yang telah direncanakan. Faktor pendukung tersebut antara lain :
a) Adanya tempat/posko yang nyaman, aman sehingga memudahkan dalam perencanaan program/kegiatan.
b) Adanya dukungan dari pemerintah Desa Kayuloe Barat yang memudahkan pelaksanaan kegiatan program kerja.
c) Adanya dukungan dari Puskesmas Bontomatene dalam hal pelaksanaan program kerja (waktu, tenaga, dan pengadaan obat-obatan pada program kerja Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Gratis).
d) Adanya dukungan dan peran serta tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuda desa sehingga memperlancar pelaksanaan kegiatan KKN-PK
e) Adanya peran serta dari pihak sekolah (SD 85 Pa’bentengan, SD 176 Je’netallasa, dan SDN174 Bontoa).
f) Kerjasama kelompok yang baik diantara sesama peserta KKN-PK, sehingga program kerja dapat terlaksana dengan baik.
2. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung juga terdapat beberapa faktor penghambat selama pelaksanaan kegiatan KKN-PK di Desa Kayuloe Barat. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a) Sebagian besar masyarakat Desa Kayuloe Barat menggunakan bahasa Makassar dalam percakapan sehari-hari sehingga menyulitkan dalam berkomunikasi bagi beberapa peserta KKN-PK baik pada saat pendataan maupun penyampaian informasi kesehatan.
b) Umumnya masyarakat masih belum terlalu menyadari akan pentingnya kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari kurang maksimalnya peran serta aktif dari masyarakat dalam berbagai kegiatan penyuluhan kesehatan.
c) Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani kebun, sehingga kurang masyarakat terlibat pada proses program berjalan karena sibuk berkebun.
d) Sarana komunikasi (signal telepon seluler) yang kurang lancar sehingga menghambat mobilisasi dan arus informasi baik antar peserta KKN-PK, Supervisor maupun dengan masyarakat.
e) Iklim yang tidak tetap yaitu musim penghujan awal bulan, sehingga memungkinkan mahasiswa KKN-PK terhambat dalam melaksanakan program.









BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan KKN-PK (Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan) yang telah dilakukan selama 7 minggu baik intervensi fisik maupun non fisik di Desa Kayuloe Barat, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto Tahun 2010, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil observasi telah dilaksanakan untuk merencanakan program kerja
2. Intervensi yang dilakukan yaitu:
1) Intervensi Non Fisik
a. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD
b. Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza).
c. Penyuluhan TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
d. Penyuluhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Saat Menggunakan Pestisida.
e. Penyuluhan Imunisasi & KIA
f. Penyuluhan Penggunaan Obat Secara Benar
g. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
h. Penyuluhan Garan Keluarga Beryodium (GKY)
2) Intervensi Fisik
a. Pendataan dan Pmeriksaan Mata
b. Praktek Cuci Tangan Dan Sikat Gigi Massal Di SD
c. Pelatihan Dokter Kecil
d. Pemeriksaan Kesehatan
e. Pembagian Poster
f. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
g. Pengadaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
h. Survay Jamban
3. Program kerja terlaksana 100 % yaitu 8 program intervensi non fisik dan 8 program fisik

B. Saran
Ada beberapa hal yang kami sarankan berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan KKN-PK di Desa Kayuloe Barat, yaitu :
1. Perlu adanya intervensi yang berkelanjutan untuk dapat mengembangkan Desa Kayuloe Barat dari "Desa Menuju Sehat" menjadi "Desa Sehat” dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2015.
2. Perlu ditingkatkan peran serta aktif masyarakat serta organisasi kemasyarakatan yang ada di Desa Kayuloe Barat dalam pelaksanaan program kesehatan.
3. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto agar lebih aktif dalam memantau jalannya program kerja kesehatan di masyarakat dan selalu memperbaharui data kesehatan masyarakat yang dimiliki, agar setiap program kerja yang dibuat relevan dengan masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat.
4. Petugas puskesmas utamanya petugas kesehatan lingkungan harus lebih aktif menanggulangi masalah-masalah kesehatan, seperti masalah air bersih, SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), tempat sampah, dan lain-lain.
5. Pemerintah wilayah Kecamatan Turatea sebaiknya lebih proaktif dalam memantau kondisi kesehatan masyarakat dan lebih sering mengadakan pertemuan dengan pemerintah dan tokoh masyarakat desa untuk membahas masalah-masalah yang terdapat dalam masyarakat dan program-program kerja yang relevan dengan persoalan yang ada dalam masyarakat.
6. Pemerintah desa lebih peka dalam menanggapi keluhan-keluhan masyarakat, baik mengenai masalah kesehatan maupun masalah-masalah lainnya.
7. Untuk pengelola KKN-PK agar lebih aktif mengontrol dan menghadiri undangan kegiatan pelaksanaan program kerja mahasiswa peserta KKN-PK.
8. Untuk tokoh masyarakat sebaiknya lebih aktif dalam memotivasi dan bisa bekerjasama dengan pemerintah desa dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
9. Untuk seluruh komponen masyarakat Desa Kayuloe Barat agar lebih memperhatikan kesehatan, baik kesehatan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar.




















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kecamatan Turatea Dalam Angka 2009. Koordinator Statistik Kecamatan Turatea BPS Kab. Jeneponto.
Arfandi. 2009. Millenium Development Goals. [online] http://fandi1peace@yahoo.com. (Akses: 28 Agustus 2010).
Daud, A., dan Anwar, 2007, Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan, Hasanuddin University Press, Makassar.
Notoadmodjo, S., 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

Tidak ada komentar: